Entah kekuatan dari mana yang membuatmu begitu nekad. Lebih dua tahun kau mengais cinta dalam kehampaan, dalam harap yang menyiksa, meskipun jalan asa itu gelap sekalipun. Kerikil bahkan sebongkah batupun tidak membuatmu menyerah dan mengaku kalah.
“Apa yang kau cari dariku?” Tanyaku suatu ketika.
“Entahlah!”
“Berapa lama?”
“Aku tak yakin. Mengapa kau pikir aku mencari sesuatu darimu?”
“Bukankah di akhir perjuangan selalu ada yang ingin di capai?”
“Aku mencintaimu meskipun aku tak jua menemui apa yang aku cari, bahkan tak mengerti apa yang sebenarnya aku cari. Aku hanya ingin memahamimu meskipun kau tak pernah kumiliki atau kau yang tak ingin dimiliki olehku. Dan aku mempercayai bahwa suatu saat nanti engkau akan terus disampingku meskipun tak pernah aku alami.
Engkau bukan gunung yang kerap aku daki. Ketika aku mencapai puncaknya, aku pun turun dan mengabaikannya. Dan jika rasa rindu untuk menjamahnya mengusik, aku pun kembali berjuang mencapai harapan disana. Dirimu tak seperti itu.
Biarlah aku menjalani kisah cintaku seperti ini. Aku tak ingin kau iba karenanya. Jika rasa aneh telah marajai sukmamu, cobalah kau berpikir dan bertanya kembali kepada hatimu. Jika itu hanya rasa iba karena perjuanganku, maka simpanlah rasa itu di hatimu. Tak usah kau ungkapkan. Karena aku inginkan rasa cinta, ketulusan cinta, bukan rasa iba ataupun balas budi.
Aku hanya ingin kau tahu, bahwa aku mencintaimu, tak lebih dari itu.”
Masih terang di ingatanku, kata-kata itu. Dan saat ini, ketika sukmaku di dera rindu tanpa kehadiranmu, aku mencoba berpikir dengan otak dan bertanya pada hatiku, apakah ini cinta? Mungkinkah ini hanya candu? Aku tak mampu menjawabnya!!!