Perempuan Pendaki Bukan Hanya Beban

      2 Komentar pada Perempuan Pendaki Bukan Hanya Beban

Hampir semua kelompok pencinta alam didominasi lelaki, karena kegiatan yang dilakukan memang identik dengan hal-hal yang membutuhkan ketangkasan, kemandirian dan keperkasaan menaklukkan alam. Kehadiran perempuan pendaki di kelompok pecinta alam karenanya masih sering mengundang pro dan kontra. Seperti halnya saya dan sejumlah teman perempuan yang juga memilih aktif di kelompok pencinta alam di Universitas Hasanuddin.

Perempuan Pendaki

Mia Kamila, perempuan yang aktif mendaki gunung menceritakan bahwa kegiatan pencinta alam membuatnya menjadi lebih dewasa, mandiri, berani mengambil keputusan, mengasah otak, tanggap pada situasi baik saat menjadi pemimpin maupun menjadi anggota dari tim yang dipimpin orang lain.

Pendaki yang lahir di Soppeng tanggal 22 Juni 1978 yang sekarang bekerja di Poso, Sulawesi Tengah ini merasa bangga karena pernah menerpa hidupnya di alam bebas dan masuk menjadi anggota organisasi pencinta alam, “Sekarang saya dapat pekerjaan di Poso dengan medan yang bisa dibilang tidak manusiawi dan sangat keras, namun saya bangga karena saya satu-satunya perempuan yang bisa bertahan dengan medan seperti ini.”

Pandangan Negatif

Sebagian orang mengidentifikasi perempuan pecinta alam sebagai sosok yang tomboy dengan fisik yang kekar dan kuat. Namun, tak sedikit orang yang punya pandangan “miring” kepada mereka. Alasannya karena tidak baik bagi perempuan jalan bahkan tidur dengan cowok dalam satu tenda. Apalagi setelah terungkapnya sejumlah kasus di mana perempuan pecinta alam yang diperkosa oleh temannya sendiri. Ini yang menyuburkan pandangan negatif masyarakat. Hal ini jugalah yang menjadi alasan kuat beberapa orangtua untuk tidak mengizinkan anak perempuannya ikut dalam kegiatan semacam ini.

Dede, seorang pegawai swasta yang tidak pernah ikut kegiatan pencinta alam mengaku kagum sekaligus miris dengan perempuan yang ikut dalam kegiatan ini. “Mereka pasti tangguh, pantang menyerah, mandiri dengan fisik yang kuat, tapi biasanya mereka tidak punya sisi feminin dan menjadi aneh jika dibandingkan perempuan lainnya. Hal yang tidak diinginkan pun bisa saja terjadi, apalagi dalam keadaan yang gelap dan dingin di atas gunung.”
Menanggapi hal tersebut Mia Kamila menambahkan, “Makanya selama mendaki, perempuan harus bisa jaga diri, bisa jaga bicara, bisa jaga sikap, jangan agresif.”

Dari sudut pandang para lelaki pecinta alam, selama ini kaum hawa yang ikut mendaki gunung dianggap hanya menjadi beban tambahan bagi mereka. Barang-barang berat tentu dibebankan di pundak pria, dan perempuan menjadi beban tambahan karena harus dijaga. Tetapi, pandangan berbeda disampaikan Muhammad Rais, Ketua Mahasiwa Pencinta Alam 09. Menurutnya adalah wajar bila perempuan ikut serta, selama mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.


Operasi Putri

Dominasi patriarki yang mengakar di komunitas pencinta alam dan ketakutan terjadinya kasus yang berbahaya bagi perempuan pencinta alam, kemudian melahirkan motivasi bagi beberapa pendaki puteri untuk mengadakan operasi khusus. Mereka percaya, apa yang dilakukan pria pasti bisa di laksanakan oleh perempuan. Mereka pun membentuk tim operasi putri yang akan melakukan pendakian tanggal 22 November 2006.
Indra Yusuf, koordinator operasi putri yang disingkat Siput ini menyampaikan bahwa tujuan operasi ini secara umum untuk melakukan pengamatan dan pencatatan data lapangan agar dapat memberikan kontribusi aktual tentang keadaan Gunung Latimojong saat ini sehingga bisa menjadi referensi bagi pihak yang membutuhkan.

“Selain itu, kegiatan ini bertujuan sebagai wahana pengembangan kepribadian dalam rangka mewujudkan perempuan yang bermental kuat, cepat dan tanggap menyelesaikan masalah, disiplin, loyal, rajin, ulet, pantang menyerah dan mandir,.” sambungnya lagi.
Kegiatan ini sepenuhnya di laksanakan oleh perempuan, mulai dari urusan administrasi, pencarian dana, hingga operasi nanti. Melalui kegiatan inilah para mahasiswa membuktikan bahwa ekspedisi tidak hanya didominasi oleh kaum adam, dan bahwa para pendaki perempuan bukan sekedar pelengkap ekpedisi.

2 thoughts on “Perempuan Pendaki Bukan Hanya Beban

  1. Rezky

    Klu coz beban g juga tuch.karena klu udh miliki jiwa petualangan sudah harus jaga diri

    N Menurut saya klu ad ce dlm suatu pendakian mala bisa mnjadi suatu penyemangat karena kita merasa sebagi co harus bisa lindungin ce

    cie… melindungi dari apa ini???

    Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.