Kadang saya masih tidak percaya, kini saya dan Deby berada di hotel semegah ini, Hotel The Sultan Jakarta. Penjurian wirausaha muda mandiri wilayah X di Makassar, menetapkan saya sebagai pemenang. Padahal pada proses penjurian tersebut, terdapat banyak saingan di bidang boga yang mempunyai usaha yang jauh lebih hebat dan telah berkembang. Namun atas kehendak Tuhan saya yang terpilih sebagai pemenangnya.
Masih jelas diingatan bagaimana awalnya saya terjun ke dunia bisnis. Semuanya berawal dari keterbatasan. Yah… ketika itu keluarga kami dalam kondisi finansial yang sangat buruk. Kakakku belum kerja, adikku masih sekolah dan saya sendiri masih kuliah semester akhir yang mengharuskan saya mengeluarkan banyak biaya.
Mau tidak mau, saya pun mencoba untuk berjualan apa saja. Menjual souvenir, menjual baju, menjual sendal, bahkan menjual sprei-bedcover dan membawanya sendiri dengan motor. Meski teman-teman mengatakan saya pemburu dollar, tetapi mereka sebenarnya tidak tahu saja bahwa semua itu saya usahakan untuk bisa menyelesaikan kuliahku, agar bisa membiayai skripsi, ujian dan lainnya. Tidak seperti mereka yang masih bisa meminta kepada orang tua. Bahkan hal yang sangat menyedihkan saat itu, saya tidak mampu membuat syukuran meski syukuran kecil sekalipun atas pencapaianku meraih gelar ST karena tidak mempunyai dana sama sekali. Keprihatinan yang masih saya ingat sampai sekarang.
Kakakku, Unieq, pun begitu, dia mencoba menjual apa saja agar tetap bisa makan di jogja. Salah satu yang mengharukan saat dia berkeliling dari warung bakso ke warung lainnya untuk menjual kripik tahu, namun akhirnya sebagian besar kripik itu dikembalikan dengan cemoohoon “tidak enak”. Ia pun memakannya sendiri dengan perasaan sedih bercampur kecewa. Berpikir bagaimana cara untuk mendapatkan uang lagi besok.
Sebagian keuntungan dari bisnis kami kadang kami sisihkan untuk membeli bahan kue dan mencoba membuatnya. Dengan keterbatasan yang kami miliki, kami pun ingin menikmati makanan yang enak, namun untuk membelinya terlalu mahal bagi kami. Berbagai reseppun kami coba, ada yang berhasil dengan rasa enak namun lebih banyak yang gagal. Hingga telinga kami sudah tebal dengan ejekan-ejekan yang katanya membuang-buang bahan.
Practice make perfect. Setelah berulang kali mencoba kami pun berhasil membuat kue yang enak. Kami berpikir untuk membisniskannya, brownies pertama terjual, dari situlah double you lahir hingga sekarang. Namun, bukan berarti kami tidak mengalami cobaan. Cibiran orang yang mengatakan “percuma disekolahkan tinggi-tinggi kalau akhirnya jadi tukang kue juga” berulang kali kami dengar. Namun kami sepertinya sudah kebal, cibiran itu yang makin memantapkan kami untuk terus mengembangkan bisnis ini. Alhamdulillah setahun Double U berjalan, usaha ini tidak mengecewakan meskipun kami menyelesaikan pesanan kue ketika malam hari setelah menyelesaikan kewajiban lainnya. Saya yakin masa depan Deby ini sangat cerah dan cibiran-cibiran itu akan berbuah kesuksesan.
Begitulah hingga akhirnya saya mengikuti seleksi wirausaha muda mandiri berharap bisa mendapat jaringan dan pengalaman di bidang bisnis. Harapan kecil itu rupanya diberi bonus oleh Tuhan, saya keluar menjadi juara dan menjadi finalis tingkat nasional. Bertemu dengan wirausaha-wirausaha hebat sangat menginspirasi saya membawa Deby menjadi lebih baik.
Kedua orang tua saya telah berkorban banyak agar kami bisa bersekolah, tapi bukan berarti kami tidak menghargai pengorbanan mereka dengan mangkir dari title dibelakang nama kami. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mentransfer ilmu dari bangku kuliah, bukan hanya sekedar kerja pada profesi tertentu.
Meminta izin kepada orang tua untuk terjun ke dunia bisnis wajib kita lakukan, agar usaha tersebut berjalan lancar, begitulah kata pengusaha-pengusaha sukses. Saat akan berangkat saya hanya berkata, “Ibu, Etta ijinkan saya untuk berkembang dengan usaha ini, inilah yang saya suka, inilah pasion kami, saya yakin masa depan Deby sangat cerah. Suatu hari nanti, Ibu dan Etta akan naik haji dengan biaya dari usaha kami”. Kedua orang tua saya terharu, mata mereka berkaca-kaca, mereka memelukku erat dengan penuh suka cita. “Insya Allah nak, niat baikmu akan dimudahkan.”
website Doubleyooucakes: www.doubleyoucakes.com
paragraf terakhir bikin terharu…
semangat k, semoga double U sukses trus ^^
Locely picture!
Reblogged this on Ceritanya Didi.
Merinding baca kisah Inar dan Deby..
sukses terus yaa 🙂
Adikku yg satu ini emang jempolan. salut untuk inar.
yang semangat kak!!!!
Salut!!!
Ijin share ya 🙂
Congrats :-). Keep the spirit high. Memulai sesuatu yang agak “nyeleneh” memang selalu saja ada yang skeptis, tapi pegang keyakinan dalam hati (kata senior di Pare dulu istiqomah), insya Allah sukses.
proud of you nar…. sukses slalu nar…..
الله اكبر
بارك الله فيكِ
membaca ini membuat kami merasa rendah dan semakin rendah, semoga Allah benar2 memudahkan kalian dengan kemudahan yang banyak,
ketika kita meminta pertolongan hanya kepada Allah maka hanya Allah lah pemberi pertolongan yang terbaik,
semoga bakti kalian kepada orang tua menjadi teguran dan nasihat bagi kami
بارك الله في كم في عين ما كنتم
Allah Kariim…
Itu paragraf terakhir mata saya jadi berkaca-kaca membacanya..
Insya Allah saya juga mau terjun ke bisnis kuliner, sekarang masih kerja cari buat modal dulu..
Do’akan saya juga ya mba..biar bisa sukes
terima kasih banyak, pengalamannya sangat menginspirasi
Pingback: Inart's Story - Belajar Dari Atas Panggung "Ayo Berwirausaha" yang diadakan ADEI. -