Peristiwa-peristiwa beberapa hari terakhir ini membuatku tersadar akan banyak hal. Aku sudah larut terlalu lama, terkunkung dengan keegoisanku sendiri. Aku terbelenggu dengan pencitraan diri yang buruk dan akhirnya terpuruk. Mengapa orang lain bisa sedangkan aku tidak bisa? Pertanyaan itu seolah-olah merajam otakku bertubi-tubi
Perhentianku berawal dari keinginan untuk melepas jenuh, bermaksud untuk berpijak sejenak. Hanya sejenak. Tetapi rupanya aku keasyikan dan terbawa arus. Dari sejenak menjadi tak terhingga.
Bukankah hidup ada perhentian
Tak terus kencang terus berlari
Ke hela kan napas panjang tuk siap berlari kembali (sang penghibur-Padi)
Puisi resah menjadi cerah aku harap mencadi titik balik kebangkitanku kembali. Kebangkitan yang membuatku sadar bahwa terbangun dari lelap tidak membutuhkan tenaga, hanya membutuhkan kemauan. Orang lain mungkin bisa membangunkan kita dari tidur tetapi mereka tidak tahu persis bahwa kita betul-betul telah terbangun, betul-betul tersadar. Lalu siapa yang tahu? Tentu saja kita sendiri.
Waktu tidak pernah berhenti. Lalu jika kita berhenti, bukankah kita akan tertinggal. Jauh.
Aku pun memulai pertarunganku, pertarungan dengan literature untuk menyelesaikan skripsi yang selama ini sempat tertunda. Aku meyakinkan diri, bahwa aku betul-betul telah bangun. Tetapi ternyata… memulai sesuatu tak semudah yang aku pikirkan. Untuk memulai kata-kata awal pada proposal penilitian saja membuatku bingung, apa yang mesti aku tuliskan? Dimana harus ku mulai?
Aaah… pusiiiiiiing….
Tapi aku takkan menyerah. Akan terus berusaha. Aku bisa!