Sudah bukan rahasia lagi, klo ngurus transkrip nilai di Jurusan Arsitektur itu lamanya minta ampun…
Dua minggu lalu saya sudah menyerahkan selembar kertas yang berisikan nama dan nomor stambuk, sebuah persyaratan yang diajukan ketika kita ingin meminta transkrip nilai. Seminggu kemudian saya datang ke kampus, transkrip itu belum juga selesai. alasanya, kertas tersebut hilang. Ye… kok tidak di simpan baek2 seh???
akhirnya saya menyetor secarik kertas lagi. karena takut hilang, Pak Sahar, pegawai Tata Usaha Jurusan Arsitektur, pun menyuruh saya menulis nama dan stambuk di sebuah buku. Buku itu seperti cakaran yang tersusun dari kertas buram dan di jilid apa adanya. Harapan saya besar untuk mendapatkan tiga lembar kertas yang berisi daftar nilaiku dengan segera.
Karena banyak kesibukan, saya baru sempat ke kampus dan melihat transkrip nilai itu tadi. Dan Rupanya…, transkrip itu belum ada juga padahal sudah seminggu yang lalu saya memohonnya. Uuuh… Jengkel jengkel.. jengkel…
Ini bukan yang pertama kali, dan bukan hanya saya saja yang mengalami pengurusan transkrip yang super lelet ini. semua mahasiswa arsitektur pasti sepakat kalau mengurus transkrip di jurusan ini terlampau lama dan memakan waktu. semester-semester lalu pun seperti itu. bahkan beberapa semester yang lalu saya hampir nangis (cengeng…) gara2 transkrip itu belum keluar juga padahal saya harus menyetor file untuk arsip penting yang deadline hari itu juga…
Kadang-kadang saya makin dongkol dengan sikap para pegawai tata usaha itu yang terkesan tidak ramah. senyum saja susahnya minta ampun… meskpun saya sudah berusaha ramah, pasang senyum dan bersikap sopan tetapi selalu saja mereka pasang wajah jutek…
Masa sih gara-gara pengurusan transkrip yang super lelet itu, mahasiswa arsitektur harus kehilangan kesempatan emas….