Kemarin, 29 April 2008, kembali saya menginjakkan kaki di gedung POMD. Semuanya sama seperti dulu, jumlah tangganya tetap sama dan tata ruangnya pun tetap sama, cahaya di koridor masih saja kurang, masih menyisakan kesam kusam bahkan menyeranmkan. Pengurus SMFT-UH dan BPM baru saja terpilih. Teman-teman dengan bangganya berkata, “ada basecamp baru nih!”. Basecamp baru? apalagi klo bukan ruang sekretariat Senat dan BPM yang sekarang di ketuai angkatan 2004. Dengan bangga mereka menyebutnya sebuah basecamp angkatan, sebuah paradigma yang menurut saya salah namun telah membudaya sejak dulu. Bagi saya, sekretariat senat maupun BPM bukanlah milik angkatan tertentu yang sedang menjabat. Sekretariat bukan milik mereka yang berteman dekat bukan pula milik mereka yang sedang mengurus. sekretariat harusnya milik semua mahasiswa teknik yang tanpa ada rasa ragu-ragu, canggung, bahkan malu untuk sekedar singgah di rumah mereka. Saya masih mengingat saat itu, saya datang berkunjung ke sekretariat OKJA dan disambut dengan pertanyaan, “Cari siapaq?”, seolah saya orang baru dan bukan pemilik rumah. sejenak saya terdiam, membayangkan tahun sebelumnya saya tak pernah alpa mengunjungi rumah itu. tetapi ketika pengurus baru menguasai, saya seakan asing di rumah sendiri. Saya seakan terlupakan. Hal yang hampir sama saya alami, kala kunjungan kemarin. Seorang junior bertanya pada saya, “Apa kita bikin disini kak?”. Dengan senyum saya menjawab, “Hmm… ndak ji, mo ja liat-liat yang namanya POMD”. Saya bertanya dalam hati, terlalu lamakah saya tak menginjakkan kaki di lantai gedung ini? Dahulu, saya seolah di pasifkan. Apa yang ada di pikiranku tak mampu di aplikasikan di ruang-ruang ini. Saya pun berlari, mencari wadah agar aku tidak mati. dengan segala kemampuan, aku berusaha survive dengan segala keadaan di kala itu. dan akhirnya ketemukan dunia baruku. Tak lagi ku ketahui bagaimana keadaan kampus sejak itu, mereka pun tak peduli dengan kesibukanku. Akhir-akhir ini, baru saya menerima informasi bahwa keadaan OKJA makin terpuruk. Saat makan siang tadi, seseorang berkata pada saya, “Ini kah tawwa Mentang-mentang, banyak mi ilmunya, na lupa mi juniornya!” Apakah saya yang melupakan mereka ataukah saya yang memang sudah terlupakan.