The Kite Runner

      Tak ada komentar pada The Kite Runner

A Portrait of the Epic Film (Newmarket Pictorial Moviebooks) The Kite Runner: by Khaled Hosseini


My review


rating: 4 of 5 stars
Jenis Buku : Novel, terjemahan

Judul buku : The Kite Runner

Pengarang : Khaled Hosseini

Penerbit : Qanita

Tahun Terbit : 2008

Edisi : Cetakan ke 2

Tebal buku : 490 halaman

dosa yang paling berat adalah pencurian. Saat kau mengatakan kebohongan kau mencuri hak seseorang untuk mendapatkan kebenaran

Amir bersahabat dengan Hassan sejak kecil, sangat dekat seperti kedekatan ayah mereka. Hassan selalu berkorban demi Amir. Apapun yang Amir minta, Hassan selalu berusaha memberikannya.

Hingga pada suatu hari di musim dingin, seusai festival layang-layang. Amir melihat sesuatu terjadi pada Hassan di sebuah gang, namun ia tidak membelanya. Sejak itu rasa bersalah menghantui Amir, ia telah mengkhianati Hassan, satu-satunya sahabatnya. Saudaranya. Satu-satunya jalan yang Amir pikir bisa menghilangkann rasa bersalahnya adalah dengan menyingkirkan Hassan dari kehidupannya. Namun setelah Hassan pergi, tak ada lagi yang tersisa dari masa kecilnya. Seperti layang-layang putus, sebagian dari dirinya terbang bersama angin. Tetapi, masa lalu yang telah terkubur dalam-dalam pun senantiasa menyeruak kembali. Hadir membawa luka-luka lama. Dan seperti layang-layang, tak kuasa menahan badai, Amir harus menghadapi kenangannya yang mewujud kembali.

Sebuah kisah tentang keluarga, persahabatan, pengkhianatan dan penebusan dosa yang diceritakan sangat apik oleh Hosseini. Penggunaan sudut pandang pertama yang digunakan mampu menghanyutkan pembaca terbawa dalam arus melankolis sang pencerita. Dengan latar belakang Pakistan dan Amerika novel ini menggambarkan kisah jatuh bangun Pakistan masa prarevolusi, meskipun saya tidak begitu yakin apakah Taliban yang di gambarkan dalam buku ini seperti itu adanya. Mungkin hanya fiksi atau sebuah sudut pandang untuk menguatkan karakter Amir.

Tiap kata-katanya mengandung kekuatan hingga membuat kita tak ingin melewatkan satu kata pun. Begitu dalam dan sangat indah. Seperti saat Hosseini menyampaikan filosofi layang-layang dan rasa bersalah yang memacu untuk berbuat kebaikan.

Tetapi bagi saya, buku ini terlalu melankolis untuk seorang lelaki yang mungkin disengaja untuk menggambarkan karakter orang Pakistan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.