Karena alat hanyalah alat, dia tak berarti apa-apa tanpa operator yang memaksimalkannya.

Handphone, kamera untuk menelpon

Siapa yang punya handphone berkamera?

Sebagian besar kita, apalagi masyarakat urban, pasti memiliki smartphone yang dilengkapi kamera. Beberapa diantaranya memanfaatkannya hanya sekedar selfie, beberapa lainnya memanfaatkannya sebagai alat untuk dokumentasi, dan beberapa lagi menjadikan kamera handphone sebagai bagian dari hobinya, fotografi.

Sebagai ibu rumah tangga dengan rutinitas yang kadang membosankan, membuat saya harus meluangkan waktu sejenak untuk “me time” agar tidak mudah jenuh. Bisa dengan membaca, menulis, membuat kerajinan tangan dan beberapa tahun terakhir saya sangat antusias meluangkan sedikit waktu untuk otodidak pada bidang seni yang satu ini, fotografi. Awalnya agak minder karena alat yang saya miliki hanya “kamera handphone” tapi seiring waktu, seiring ilmu yang terus digali, saya mulai percaya diri menampilkan karya fotografi milikku dengan hestek #photophone.

Saat percaya diri mulai terdongrak, saya memberanikan diri untuk mengikuti lomba foto di sosial media. Awalnya tidak mendapatkan hasil, beberapa kali gagal apalagi kalau berhadapan dengan mereka yang telah berpengalaman. Tetapi kegagalan itu tidak membuatku berhenti belajar, phone camera itu setia menemani, belajar lebih giat, latihan lebih sering dan menemukan style sendiri. Hingga akhirnya saya merasakan menang untuk pertama kali. Hadiah pertamaku saat itu, paket piring cantik dan tempat tissue yang keren. Beberapa eventpun saya ikuti, memenangkan hadiah yang beraneka ragam, mulai dari properti foto, voucher, goody bag sponsor hingga uang tunai yang lumayan.

Lomba terakhir yang saya ikuti yang diadakan oleh browcyl_mks. Saya menjadi juara pertama dan mendapatkan hadiah uang tunai serta 3 dos brownies.

Ikut Lomba foto bermodal handphone

Minggu lalu, suami mengajakku ikut pada event lomba fotografi yang diadakan kantornya. Setiap minggu akan ada pemenang yang berhak mendapatkan hape Huawei P9, hape idaman hampir semua penggemar fotografi menggunakan handphone. Pemenang minggu pertama telah keluar berarti peluang menang hanya tinggal 3 kali. Dan saya pun memasukkan satu karyaku pada hari ke 6 untuk tema minggu kedua. Temanya 9, my lucky number.

Terbiasa memotret makanan, yang ada dibenak saya saat itu hanya membuat angka 9 stand out dengan taburan tepung dengan alat baking yang komposisinya disusun sedemikian rupa agar heronya makin kuat. Persyaratan utama lomba ini adalah menggunakan kamera handphone itu berarti saya harus pandai mengatur angle agar hasilnya bagus tanpa melupakan kemampuan daya tangkap kamera handphone, oleh karena itu saya memilih angle BEV. Tidak lupa saya merancang pengaturan lighting agar tidak flat. Maka jadilah foto tersebut.

Dan tadi siang pengumuman pemenang foto minggu lalu pun keluar…, pemenangnya adalah… Treng… Treng…

Yesss, I’m the winner

Alhamdulillah… Tidak menyangka bakalan menang. Ada kebanggaan tersendiri menjadi juara di event ini. Ada rasa kaget, senang, bangga, haru, pokoknya bercampur aduk. Bagaimana tidak, event ini berskala internasional yang pesertanya tidak hanya dari Indonesia tapi se-Asia Tenggara. Itu berarti saya harus bangga karena mewakili Indonesia. Foto-foto yang diikutkan pun banyak dan keren-keren, beberapa diantara pesertanya adalah fotografer berpengalaman. Juri yang memilih foto pun dari kalangan profesional. Dan tentu saja yang tidak kalah membuat saya sumringah, saya mendapatkan hadiah Huawei P9 seharga lebih dari 7 juta. Itu berarti ini akan jadi hape termahal yang pernah saya miliki sekaligus hadiah terbesar yang pernah saya dapatkan selama mengikuti lomba foto.

Mungkin bagi beberapa orang ini biasa saja tapi bagi orang baru di bidang ini, saya tak berhenti bersyukur dan bernorak-norak ria. Lucky me.

Jadi bagi yang masih minder karena hanya memiliki kamera handphone, lempar jauh-jauh rasa minder itu. Percayalah, bahwa alat hanya pendukung, kekuatan sesungguhnya terletak pada kemampuan kita memaksimalkan apapun alat yang ada digengaman kita.