Entah mengapa, tiba-tiba saja terlintas ingin menuliskan ini, nama-nama orang yang ingin saya berikan tanda terima kasih sebelum saya meninggal. Mereka adalah orang yang sangat berpengaruh dalam hidupku selain orangtua, saudara dan suamiku. Kepada mereka ingin saya berikan sesuatu untuk mewakili ucapan terima kasih atas apa yang pernah mereka lakukan untukku.
Ma’ Ti’
Beliau adalah saudari ibuku, namun disaat saya masih kecil, bersamanya lebih banyak ku habiskan waktu. Ketika itu, ibu sedang sibuk menyelesaikan kuliahnya jadi beliau yang lebih banyak mengurusku. Saya diperlakukan layaknya anak sendiri. Hingga remaja, saya lebih banyak tidur di kamarnya. Dia banyak mencukupi kebutuhanku, bukan hanya disaat saya masih kecil tetapi hingga kuliahpun dia berbaik hati membayar tas yang saya pilih sendiri. Meskipun dia sering mengomel tapi kini saya sadar itu adalah bentuk proteksinya. Alhamdulillah, Tuhan memurahkan rejekinya, dia bisa membeli apa saja yang ia mau. Hal itu membuatku cukup bingung harus memberikannya apa.
Ibu Wiwik Wahidah
Beliau adalah pembimbingku saat mengerjakan tugas akhir. Beliau sangat baik dan sangat sabar menghadapiku. Meskipun beliau sakit saat saya sedang sibuk mengurus tugas akhir, namun dia tidak pernah berhenti memberiku kekuatan agar tidak putus asa. Bimbingan dan semangatnya membuatku mampu lulus ujian tugas akhir dengan nilai yang sangat memuaskan. Beliau juga yang memperjuangkan namaku untuk mendapatkan beasiswa melanjutkan S2, hanya ada 4 orang yang terpilih dan saya salah satunya. Sayangnya, saya menyia-nyiakan kesempatan itu dan membuatku merasa sangat bersalah kepadanya. Hingga hari ini.
Lily Yulianti
Perkenalan kami berawal dari ketertarikan saya menulis di halaman web citizen jurnalisme miliknya, panyingkul! Saya pun mengirimkan email atas ketertarikan itu dan dia menerimaku dengan baik. Seiring berjalannya waktu saya lulus dalam seleksi beasiswa jurnalisme yang dibuatnya. Saya mendapatkan sejumlah uang dan pelatihan jurnalisme tetapi harus mengembalikannya dalam bentuk tulisan. Perlahan, kemampuan menulis saya semakin baik berkat bimbingannya. Hingga saya pun berniat menerbitkan sebuah buku yang berisi tulisan-tulisanku. Gayung bersambut, dan beliaulah orang yang paling berjasa dibalik terbitnya buku tersebut. Dari editor hingga motivator.
Nurul Hikmah
Dia adalah teman SMAku sekaligus teman sekamar di asrama. Ia membantuku dalam banyak hal sejak kami masih berseragam putih abu-abu. Saking banyaknya bantuan itu, hingga saya tak lagi mampu mengingatnya satu-satu. Hal terakhir yang masih saya ingat adalah dia membantu mengedarkan undangan pernikahanku dan menolak menerima uang bensin. Dan saya tidak bisa membalasnya ketika dia menikah karena tak punya kendaraan. Sekarang dia sudah menetap di Lampung dan entah kapan lagi baru balik ke sini.
Indira Purnamasari
Mungkin saya tidak akan meraih gelar ST bila tanpa bantuannya. Di kala itu, kondisi ekonomi keluargaku lagi kurang baik. Orang tua tidak mampu membelikan laptop untukku, meski yang paling murah sekalipun. Dan teman saya ini berbaik hati meminjamkan laptopnya tanpa minta uang sewa sepeserpun. Waktu mengembalikannya saya hanya mengikutkan brownies, sangat tidak sebanding dengan lama laptop itu saya pinjam. Ingin memberikannya lebih, tapi saat itu saya betul-betul lagi tak punya uang.
Kazuhisa Matsui
Dia adalah orang Jepang yang dulu bertugas di Makassar. Latar ilmu pendidikannya Geografi dan sangat tertarik membahas tentang tata ruang kota. Diskusi tentang tata ruang kota itulah yang membuat kami saling berkenalan. Pada akhirnya dia sangat respek dengan keinginanku untuk menerbitkan buku. Mengetahui uangku kurang untuk mencetaknya, diapun membantu dengan sejumlah uang. Meskipun bukan dalam bentuk pinjaman, tapi saya tetap berjanji dalam hati untuk mengembalikannya.
Risty Damayanti
Teman saya ini mengajarkan saya bahwa perbedaan bukanlah hal yang membuat kita tidak saling menolong. Kami berbeda agama tapi dia selalu menunjukkan toleransi yang sangat tinggi. Sejak SMP dia selalu memperlihatkan penghargaan terhadap umat agama lain. Pernah saya jalan-jalan ke Jakarta dan tidak tau harus menginap dimana, dia pun menawarkan untuk menginap di rumahnya. Meskipun dia beragama kristen dia menyediakan sajadah, agar teman muslimnya yang datang bisa tetap shalat, katanya. Hal yang paling membuatku ingin berterima kasih adalah ketika menginap di rumahnya saat itu, dia membelikan baju celana dan sepatu untuk me-make over tampilanku saat itu. Harganya pun cukup mahal sedangkan saya belum pernah memberikan apa-apa padanya.
Nidaul Husna
Sewaktu kuliah, saya jarang pulang ke rumah dan lebih sering menginap di rumah temanku yang akrab di sapa Nida ini. Kadang saya memakai bajunya untuk tidur dan kuliah besoknya. Beberapa bajukupun telah tergantung di lemarinya. Makanpun makan makanan di rumahnya. Ketika itu, rumahnya adalah rumah kedua. Jika tak punya uang, dia kadang membayarkan angkot ke kampus. Tetapi entah mengapa menjelang kelulusan, hubungan kami jadi renggang. Mungkin karena saya yang sudah terlalu sibuk dengan urusan sendiri dan sudah terlanjur malu untuk memulai seperti dulu lagi. Saat ini dia telah bekerja di Sulawesi Tenggara, berharap kelak bisa membalas segala apa yang telah dia berikan dulu.
Itulah beberapa nama yang ingin segera saya berikan tanda terima kasih. Semoga segera bisa terwujud