Dua tahun yang lalu, kau mengucapkan ijab kabul dengan sangat lancar, hanya sekali, dan langsung di sambut teriakan sah dari para saksi. Sejak saat itu kau resmi menjadi suamiku dan saya resmi menjadi istrimu. Kita pun menjadi raja dan ratu sehari di depan para undangan, dengan riasan sempurna dan gaun pengantin biru yang indah. Resepsi hanya sekali, resepsi yang diadakan bersama. Sederhana namun penuh sukacita.
Dua pribadi menjadi satu ikatan. Kita sama-sama memiliki masa perkembangan yang kurang baik. Banyak cobaan yang cukup berat yang harus kita hadapi dengan usia kita yang masih belia saat itu. Kamu dengan masalahmu dan saya dengan masalah yang berbeda. Kita berusaha untuk tetap kuat, karena itulah satu-satunya pilihan. Mungkin hal itu yang membuat kita memaksa diri untuk lebih dewasa dari usia sebenarnya dan saya yakin masalah-masalah itulah yang membentuk pribadi kita saat ini.
Pada akhirnya kita bertemu, dengan masalah masing-masing. Dan hal itu yang membuat ikatan kita semakin kuat. Kau selalu berusaha melindungiku dan saya berusaha memanjakanmu. Kita saling mengisi.
Sebelum menikah, kita memang berkomitmen untuk bisa mandiri lebih cepat. Kita pun segera mewujudkannya setelah menikah. Tidak sampai sebulan, kita sudah tinggal berdua di sebuah rumah kontrakan kecil dengan fasilitas yang sangat minim. Tinggal berdua, dengan ego masing-masing dan cara didik dari keluarga yang berbeda, awalnya memang terasa berat. Tapi justru kebersamaan itu pula yang membuat kita lebih cepat paham dan menerima satu dan lainnya. Saling menyesuaikan. Disaat saya sakit, kamu dengan telaten merawatku. Disaat kamu sakit, saya setia mendampingimu. Makin hari, makin terasa kita pasangan yang utuh. Berkali-kali saya jatuh cinta padamu.
Beberapa kali kita harus berpindah kontrakan dengan berbagai alasan. Biaya kontrakan yang mahal, rumah di toddopuli sudah bisa ditempati karena yang tinggal sebelumnya telah pindah, lalu banjir yang merusak banyak perabot, dan rumah itu direnovasi. Susah karena harus berpindah berkali-kali? Saya jawab, iya. Tapi cobaan-cobaan itu yang membuatku makin mencintaimu, ingin kutunjukkan padamu bahwa aku selalu setia mendampingi bagaimanapun keadaannya. Kamu menunjukkan dirimu sebagai pejuang yang hebat. Hingga pada akhirnya, awal maret tahun ini, kita menempati rumah kita, rumah yang kita beli sejak tahun sebelumnya, namun baru bisa ditempati. Kamarnya sangat nyaman, hingga membuat kita lebih betah berada di rumah saat liburan. Dapurnya memadai untuk bereksperimen masakan-masakan baru, bahkan makanan yang belum pernah kamu makan sebelumnya. Beberapa masakan bahkan sulit kau sebutkan namanya.
Kebutuhan primer rasanya hampir semua terpenuhi namun rasanya sepi tanpa kehadiran seorang anak yang bisa melengkapi pernikahan kita. Selama ini saya berusaha tidak membahasnya baik melalui blog ini atau media sosial lain. Tidak galau seperti pasangan-pasangan yang lain. Apalagi saya tahu, kecendrungan stres di masa remaja membuat siklus menstruasi saya tidak lancar. Dari hasil pemeriksaan saya didiagnosa PCOs, hormon saya tidak seimbang, sel telur saya kecil dan sulit matang bila tanpa obat. Ditambah lagi, rahim saya kurang kuat, jadi meskipun embrio berhasil menyatu, sulit terjadi pelekatan dan akhirnya harus keluar lagi. Sedih memang, apalagi ditambah suara-suara sumbang di sekitar yang kadang memojokkan. Tapi saya tetap berusaha meski Tuhan belum juga menganugrahkan. Kamu terus berusaha menguatkanku, meyakinkan bahwa kamu akan selalu bersamaku. Apapun yang terjadi. Mungkin memang, Tuhan belum melihat waktu yang tepat bagi kita. Kita masih dibiarkan berpacaran dulu.
Hingga akhirnya, kamu melakukan analisa sperma dan betapa kagetnya kita mengetahui ada masalah di dalamnya. Saat itu, saya yang berbalik menguatkanmu. Meyakinkanmu, saya akan selalu ada untukmu. Apapun yang terjadi.
Ajaib, setelah mengetahui hasil itu, Alhamdulillah, kita mendapat kabar baik. Kado pernikahan yang datang lebih awal.
Sayang, terima kasih untuk dua tahun kebersamaan yang sangat berharga ini. Kamu telah menjadi suami yang sangat baik untukku. Selalu menyayangi, melindungi, dan mengayomiku. Membuatku tersenyum bahagia dengan kejutan-kejutanmu. Membuatku tertawa dengan tingkah anehmu. Menguatkanku dikala rapuh. Dan selalu setia menemaniku apapun yang terjadi dalam 2 tahun terakhir ini.
Ettaku memang tidak salah pilih menantu. Everymorning I wake up, I look around and say: “Somebody wonderful married me”
20 – 11 – 2013
Wahhhh semoga menjadi keluarga yang samawa yah mbak