Gunung Bawakaraeng adalah salah satu gunung yang sangat populer di kalangan pencinta alam di Makassar. Jarak yang tidak jauh, membuat destinasi ini selalu jadi pilihan.
Asal Kata Bawakaraeng
Gunung Bawakaraeng berasal dari bahasa Makassar Bawa dan Karaeng. Kata Bawa berarti mulut dan Karaeng yang berarti Tuhan/Raja. Jadi Bawakaraeng berarti Mulut Tuhan.
Haji Bawakaraeng
Setiap tahunnya, Gunung Bawakaraeng di penuhi oleh jemaah haji untuk menunaikan ibadah haji.
Haji Bawakaraeng adalah istilah bagi orang-orang yang mendaki gunung yang terletak di Kabupaten Gowa Sulsel ini, untuk melaksanakana ritual ibadah haji, yang mereka yakini sama nilainya dengan berhaji di tanah suci Mekkah.
Haji Bawakaraeng adalah fenomena yang sudah terjadi sejak lama dan masih terus berlansung hingga hari ini. Selain penduduk sekitar di Lembanna dan Kabupaten Gowa, adapula jemaah haji yang berasal dari Makassar, Maros, Pangkep, Sengkang bahkan dari Propinsi Sulawesi Barat, Mamuju. Musim haji yang paling ramai bertepatan dengan pelaksanaan Idul Adha, bulan Agustus dan juga menjelang puasa.
Para jemaah haji di Bawakaraeng justru membawa sesajen yang dipersiapkan sesuai dengan permohonan doa masing-masing. Ada yang mempersembahkan songkolo’ (beras ketan), lontong, telur, buah-buahan, rokok, daging ayam bahkan daging kambing. Pelaksanaan ibadah ini sendiri bisa dipandang sebagai wujud pencampuradukan kepercayaan lama, ritual mistik dan ajaran Islam yang memang masih ditemukan di kelompok masyarakat tertentu di berbagai daerah di Indonesia.
II. LETAK
Secara administrasi Gunung Bawakaraeng terletak di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dan secara geografis terletak di antara 119o 56�� 40�� BT dan 05o19��01�� LS
III. IKLIM
Di pegunungan ini musim kemarau berlangsung dari bulan April sampai Agustus sedang musim hujan terjadi pada bulan September sampai Maret. Suhu minimum sekita 17��C dan maksimum 25��C.
IV. FLORA DAN FAUNA
Hutan di gunung ini di dominasi oleh vegetasi hutan dataran rendah, hutan pegunungan bawah dan hutan pegunungan atas. Tumbuhan yang banyak di temui di antaranya pinus, anggrek, edelweid, paku-pakuan, pandan, cengkeh, rotan dan lumut kerak.
Adapun faunanya adalah burung pengisap madu, burung coklat paruh panjang, nyamuk.
V. JALUR PENDAKIAN
Dalam mendaki Puncak Gunung Bawakaraeng kita dapat menggunakan jalur :
- Lembanna (Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa)
- Tassoso (Kecamatan Manipi, Kabupaten Sinjai)
VI. PENYAMPAIAN LOKASI
Pada pendakian kali ini, kami menempuhnya dengan menggunakan jalur Lembana. Adapun cara untuk sampai di Lembanna adalah sebagai berikut:
1. Dari kampus, naik pete-pete kampus 07 dengan biaya Rp. 2500/org dan turun di ujung jalan pettarani
2. Kemudian melanjutkan dengan pete-pete berwarna merah, jurusan Sungguminasa, menuju Terminal Sungguminasa dengan biaya Rp. 2000/orang.
3. Di Terminal Sungguminasa, perjalanan di lanjutkan dengan menumpangi pete-pete Malino, langsung ke kampung Beru dengan biaya Rp. 15.000/org 20.000/org (update April 2008)
4. Setibanya di Kampung Beru, perjalanan di lanjutkan dengan berjalan kaki menuju desa Lembanna.
Tulisan lain tentang bawakaraeng :
* Gunung Bawakaraeng (data koordinat dan ketinggian)
Pingback: Inart's Story - Sekilas tentang Gunung Gandang Dewata -