Ketika Perpisahan itu Ada

      Tak ada komentar pada Ketika Perpisahan itu Ada

Kemarin K Noa beranjak meninggalkan Makassar menuju Ambon, tempat ia di tugaskan. Kesedihan terdengar dari suaranya di telp setibanya di sana. Teringat ketika ia masih menyandang status sebagai mahasiswa kala itu, acapkali ia mengucapkan, “Suatu hari nanti, saya akan kembali ke sini dan mengatakan, anak2 ayo ke boga!” dan hari itu akan tiba kak, meski perpisahan dan kesedihan harus dilalui hari ini. Good Luck…!

Begitupun K Imran, ia meninggalkan Makassar tadi subuh menuju tempat penugasannya di “Pulau Cendrawasih”. Pada acara yang digelar di ruma sokola, semalam, tampak kesedihan dan rasa bangga tersirat di wajahnya. Kala ia melihat sandiwara pertengkaran yang dibuat anak sokola, kala ia mendengar lantunan lagu Kenangan Terindah, kala ia membuka kado, kala ia mendengar kesan dan pesan. Seolah tidak rela meninggalkan riuh rendah ana2 itu… namun Perpisahan itu harus ada untuk sebuah cita-cita.

Pun saya sangat terharu mendengar cerita unieq tentang perpisahannya dengan teman-teman kuliahnya. Derai air mata, sms haru dan telpon yang simpatik mewarnai jeda waktu sejak awal perpisahan hingga sekarang.

Dan semua ini menginatkanku pula betapa sedihnya perpisahan dengan Ben tiga tahun lalu… Hfuuu…

Air mata berderai…. Andai waktu dapat berputar kembali…

Namun aku kembali sadar

Ada pertemuan, ada perpisahan. Tetapi perpisahan bukan akhir dari pertemuan.

K Noa mungkin suatu hari akan pulang dan membuktikan kalimatnya…

K Imran mungkin suatu hari balik ke Makassar dan kembali menyapa ana sokola

Unieq mungkin akan kembali di pertemukan dengan teman kuliahnya

Dan…

Ben… suatu hari mungkin kita akan bertemu……..

Namun… perpisahan itu tetap mesti ada….!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.