Dua tahun lalu, di kamar ICU RSUD Haji, beliau yang kami panggil nenek akhirnya pergi selama-lamanya.
Beberapa hari terakhir, saya kembali mengenangnya. Hingga tanpa terasa air mata mengalir karena rindu padanya. Beliau pun hadir dalam mimpiku, tersenyum menyapaku. Paginya, saya segera membuat nasi goreng putih, sarapan khas yang selalu dibuatnya untuk kami, dengan bahan sederhana yaitu nasi, bawang merah yang diiris tipis dan garam jadilah satu masakan istimewa.
Dalam tulisan ini, saya ingin berkisah tentangnya. Tentang sosok istri dan orang tua yang patut ditiru. Kasih sayang yang diberikannya tidak akan pernah lekang dimakan waktu.
Perempuan Tangguh
Nenek adalah sosok perempuan yang tangguh. Tiga belas anak ia kandung dan lahirkan serta puluhan bahkan ratusan anak yang bukan darah dagingnya ia asuh. Setiap hari beliau memasak untuk puluhan bahkan ratusan orang. Tidak ada makanan instan, semua bahan mentah diolahnya sendiri.
Ia akan setia menanti suaminya pulang kerja dan menyediakan makanan untuknya, selelah apapun beliau hari itu. Beliau selalu berusaha mendampingi sang suami makan. Seorang istri seharusnya selalu mendampingi suami, itu prinsipnya. Itulah alasan mengapa ia tidak menyetujui saat saya berniat melanjutkan sekolah di Bandung dan membiarkan suamiku tinggal di Makassar sendiri.
Meski beliau mengaku tak lulus Sekolah Dasar, tapi ia mampu mendidik anak-anaknya hingga mencapai pendidikan tinggi. Dengan bangga ia akan selalu hadir pada saat wisuda anak-anaknya.
Perhatian dan Kasih Sayang
Beliau selalu berusaha hadir disetiap kelahiran cucunya meski harus menempuh perjalanan jauh dengan usianya yang tak muda lagi. Beliau selalu bersikap adil pada setiap orang hingga semua orang disekitarnya merasa menjadi “sang kesayangan”.
Saat saya sakit, dia yang selalu terlihat khawatir bahkan kadang memarahi ibu karena “membiarkan” saya sakit. Setiap melihat iklan pengobatan di televisi beliau akan menyuruhku kesana, meskipun dia yang harus membayarnya. Jika harus memakan dan meminum sesuatu, maka beliau yang akan membelikannya untukku. Bahkan beliau akan mengelus-elus punggungku dan kepalaku yang kadang terasa sakit.
Sewaktu kecil, jika ibu memarahiku bahkan kadang mencubitku hingga membuatku menangis, maka Nenek akan datang menjadi pahlawan, balik memarahi ibu karena melakukan itu padaku. Kemudian beliau menenangkanku hingga merasa agak baikan. Baginya, mendidik anak yang baik adalah yang tanpa kekerasan.
Pernah sekali saya melakukan kesalahan, saya merobek-robek buku untuk menjadi uang mainan. Ternyata buku yang saya robek itu adalah tulisan berisi resep-resep obat herbal nenek. Saya tahu, waktu itu beliau sangat marah, tapi dia tidak berkata bahkan berbuat kasar padaku karena melakukan itu. Beliau hanya mengingatkan agar membaca dulu sebelum merobek kertas. Ia pun mengumpulkan kertas yang telah ku robek dan menulisnya ulang.
Saat SMA, setiap pulang dari asrama, maka Nenek akan menyediakan sepiring pisang goreng khusus untukku saja. Beliau tau betul, betapa saya sangat menyukai pisang goreng. Beliau tau semua makanan kesukaan anak dan cucunya. Setiap memasak sesuatu, maka dia akan mengatakan nama yang menyukai masakan itu bahkan jika perlu beliau menyimpankan untuknya.
Perhatian seperti itu tidak hanya diperlihatkan untukku, tetapi juga untuk anak dan cucunya yang lain dengan cara yang berbeda. Setiap awal bulan, nenek terima gaji pensiunan, setelah menerima itu, beliau akan pergi ke pabrik biskuit dan membeli biskuit dalam jumlah banyak yang sudah dia perhitungkan untuk semua cucu-cucunya.
Perhatian dan kasih sayangnya tidak hanya untuk keluarga, bahkan untuk orang yang tidak ia kenal seperti pengangkut sampah. Setiap ada kaca yang pecah, beliau akan mewanti-wanti agar membungkus pecahan kaca itu dengan plastik ganda agar tangan sang pengambil sampah tidak terluka akibat beling.
Pengatur Keuangan
Salah satu hal yang membuatku kagum padanya, Nenek adalah pengatur keuangan yang baik. Setiap akan ke bank menerima gaji pensiun, biasanya beliau akan menyuruhku menulis dua slip yaitu slip pengeluaran dan pemasukan. Itu berarti setiap bulan beliau selalu menabung dengan nominal yang sama bahkan lebih. Tabungan itu dia peruntukkan agar bisa beribadah umroh setiap tahun. Meski demikian beliau tetap mengeluarkan uang untuk membeli bahan makanan bahkan untuk hal-hal lain.
Semasa hidupnya, saya melihat begitu banyak hal positif yang diperlihatkan Nenek. Semoga saya bisa mewariskan hal-hal positif itu dalam kehidupanku.
Nenek, Inar merindukanmu :'(
emoga almarhumah nenek mendapat tempat terbaik di sisiNya