Program “Tanpa Keluhan di SosMed” sengaja saya jalankan untuk menjadi pribadi yang jauh lebih positif di tahun baru yang akan datang. Sebenarnya sudah berusaha saya jalankan sejak tiga bulan sebelumnya tapi masih sering kecolongan, apalagi kalau membaca keluhan orang lain, jadi ikut-ikutan mau mengeluh juga.
Awal bulan November, saya makin menguatkan tekad. Tidak ada kompromi lagi untuk setiap keluhan. Saya harus yakin bisa menghilangkan sifat negatif itu dalam waktu satu bulan ini. Alhamdulillah, hingga satu setengah bulan, saya berhasil melewatinya. And see… I can do it.
Sejak sosial media merebak dan semakin mudah digapai dengan menggunakan gadget di tangan, semakin banyak orang yang menggunakan media ini sebagai “tempat sampah”. Semua keluhan, hal-hal yang tidak disukai, hingga caci maki dituangkan dalam media yang tidak bersalah ini. Semua dituliskan tanpa melakukan penyaringan terlebih dahulu. Padahal ada beberapa hal dalam kehidupannya yang tidak perlu diumbar ke publik.
Mereka hadir layaknya selebriti yang mengungkapkan semua yang dilakukan mulai dari hal kecil hingga hal-hal yang sebenarnya agak tabu untuk dibahas. Masalah-masalah dituangkan dengan sangat gamblang bahkan untuk masalah yang mereka tahu, mereka tak akan menemukan solusinya disitu. Saat ada yang menegur dengan hal-hal berlebihan yang mereka lakukan di sosmed, mereka berdalih ini akun milikku kalau tidak suka silahkan coret dari pertemanan Anda.
Jujur, saya pernah menjadi salah satu dari mereka. Namun akhirnya saya berusaha menarik diri keluar dan melihat lebih jelas, perbuatan itu lebih banyak negatif daripada positifnya. Oke, mengeluh itu wajar, tapi perlu dilihat tempatnya. Mau eksis, cari perhatian, cari simpatisan, apapun tujuannya mengeluh di sosmed tidak akan menyelesaikan masalah malah mungkin akan menambah masalah.
Pemikiran itu membuat saya sadar, bahwa sudah waktunya saya berubah. Momen pergantian tahun sangatlah tepat, dan saya sadar perlu persiapan untuk berubah. Beberapa bulan saya berlatih dengan mulai mengurangi sedikit demi sedikit. Sulit? Bisa saya jawab iya, terkadang tangan saya gatal membuka salah satu sosial media dan menuliskan keluhan disana. Tapi saya selalu berpikir dahulu apa keuntungannya? Dan akhirnya saya urung melakukannya.
Hari-hari saya pun, beberapa bulan terakhir, jauh lebih positif. Saya lebih menyibukkan diri dengan pekerjaan-pekerjaan positif di dunia nyata. Sesekali menengok ke dunia maya hanya sebagai sarana sosial bukan untuk membuang “sampah”.
Hmm…jadi mengingat-ingat. Apakah sy tergolong orang yg suka jadikan sosmed sbg tempat sampah juga ?
Mantap, semoga berhasil dan tetap istiqomah.. Thanks