Ibu selalu bilang kalau saya ini punya “selera tinggi” tapi “ekonomi lemah”. Hahaha, kasihan sekali. Tapi bagi saya, hal itu agak berlebihan jika “selera tinggi” yang dimaksud adalah barang yang mewah. Sebenarnya saya tidak begitu suka dengan sesuatu yang agak mewah, saya lebih suka barang yang sederhana dan simpel. Mindset mengenai “selera tinggi” yang dimaksud ibu ini yang harusnya dirubah. Lalu bagaimana jika kemampuan ekonomi keluarga kita tergolong pas-pasan atau bahkan sulit. Haruskah kita tetap memiliki “selera tinggi”?
Kualitas
Dulu, saya selalu memrotes jika ibu membelikan sesuatu kepada saya misalkan baju, celana, sepatu atau tas. Entah itu saya tidak begitu suka dengan modelnya, bahannya atau mungkin warnanya. Saya selalu bersih keras untuk tidak mau memakainya. Walaupun pada akhirnya saya pun akan memakainya juga dengan alasan tak ada lagi yang bisa digunakan. Karena kebiasaan protes itu, Ibu jadi malas membelikan sesuatu untuk saya.
Pemilih? Mungkin iya, tapi bagi saya wajar saja kita selektif untuk memilih barang yang akan kita gunakan. Bagi saya kualitas adalah yang utama. Barang itu tak mesti barang yang mewah, bling bling atau full color. Sesuatu yang simpel dan sederhana namun memiliki bahan serta cara pembuatan yang berkualitas itulah yang penting. Nyaman digunakan dan pastinya tahan lama. Dan barang-barang yang memenuhi kategori tersebut memang terkadang bermerk dan harganya agak mahal.
Saya memang bukan sarjana ekonomi atau orang yang pernah menekuni ilmu tentang ekonomi. Tetapi bagi saya dalam membeli sesuatu kita harus memikirkan untung dan ruginya. Bukankah membeli barang dengan harga mahal dan lebih lama digunakan jauh lebih menguntungkan daripada membeli barang murah namun cepat rusak?
Jadi, jika yang selera tinggi yang ibu maksud adalah barang yang berkualitas, saya sih setuju saja.
Berguna
Ada yang bilang berbelanja adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan perempuan. Pernah suatu kali, di kelas, teman perempuan saya berkumpul, mereka sangat gaduh. Penasaran, saya pun mencoba mendekat mendengar pembicaraan mereka yang sepertinya sangat heboh. Setelah mendengar pembicaraan mereka, saya hanya menggeleng dan menarik bibir untuk tersenyum lalu segera menjauh. Rupanya mereka membicarakan pakaian, sepatu, tas serta aksesoris lain yang mereka beli akhir pekan yang lalu.
Kadang saya miris melihat perempuan-perempuan seperti ini. Mereka begitu bangga memamerkan barang-barang baru yang mereka beli, mereka rela merogoh kocek mereka demi membeli barang yang “sepertinya bagus” tapi tidak atau mungkin belum berguna.
Bagi saya, selain kualitas yang saya bicarakan di awal, hal yang harus kita perhatikan dalam membeli barang adalah faktor kegunaan. Seberapa berguna barang itu bagi kita? Apakah kita betul-betul membutuhkannya?
Berusaha Sendiri
Keluarga kami memang bukan termasuk keluarga yang berlebih untuk urusan ekonomi. Hal ini membuat saya terbiasa untuk lebih sabar dan mencoba menerima apa adanya. Padahal jika mau jujur, saya sebenarnya orang yang punya banyak keinginan dan menyukai “kepribadian”. Maksudnya segalanya adalah milik pribadi, rumah pribadi, mobil pribadi dan lainnya. Hehe. Tapi yang berkualitas dan berguna pastinya.
Selain itu, saya juga paling tidak enak untuk menyulitkan orang lain, selama hal itu bisa saya lakukan sendiri saya akan melakukannya sendiri. Jadi untuk mewujudkan membeli barang-barang pribadi itu saya akan mengusahakannya sendiri.
Hal yang pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan target, apa dan kapan kita akan membelinya. Mulailah mencari usaha, atau menyisihkan gaji untuk ditabung sedikit demi sedikit. Carilah info tentang diskon barang-barang tersebut. Dan utamakanlah prioritas.
So, “selera tinggi” tapi “ekonomi lemah”, why not?
setuplurk! hehe..
kalo istilahnya dulu Ayahku “Kalah membeli, menang memakai”
artinya mungkin kita harus “kalah” dalam membeli sesuatu karena harganya yg mahal, tapi kita menang memakai karena ia tahan lama. Biasanya harga menunjukkan kualitas kan? makanya lebih baek simpan2 uang untuk beli sesuatu yg bagus daripada beli yg murah meriah mencr*t 😆
kayaknya selera makan juga tinggi.
jadi kapan ada acara makan-makan….
masa acara beli barang saja.
hub iya kalau ada acara makan
kalo buat saia…
gpp kalo mahal..ASAL…tahan lama..dan memang bermanfaat buat qtha..
sama k…saya juga begitu. kalo pengen beli sesuatu mending yang mahal tapi lama dipake, walaupun harus nabung gaji berbulan-bulan
selara kan hak pribadi,..mknya Z cr yg punya mobil pribadi, rumah pribadi dll
Setiap orang harus memiliki konsep hidup yang jelas sebagai motivasi dalam hidup bagaimanapun keadaannya …
Seperti admin diatas walau ekonomi lemah namun selera tinggi tidak jadi masalah malah bagus menurut saya …
Sebab bisa jadi itu akan menjadi motivasi dalam meningkatkan roda perekonomian …
Menurut admin bagaimana?
Terimakasih salam kenal …