Puisi ini saya bacakan pada acara purna bakti tiga dosen di jurusanku pada hari kamis kemarin. Kebetulan satu diantara dosen yang purna bakti tersebut adalah pembimbingku yang begitu sabar membimbingku mengerjakan tugas akhir selama satu tahun belakang ini (Haha… sudah sangat lama ternyata). Dan ketua jurusan pun mempercayakan saya menulis puisi dan membacakannya.
Untukmu wahai pahlawan sejati
Pengabdi yang tak pernah henti
Karena itulah engkau kami hormati
Senyuman yang selalu terbuka
Melahirkan pesona
Mencerminkan perasaaan tulus yang tercipta
Mengibas nurani hampa
Dan sekujur dunia pun kobarkan nyala
Bersama ilmu yang hapuskan dahaga
Lihatlah,
Sorot matanya tajam
Namun tak kesankan kejam
Dengarlah,
Ucapannya tegas
Tapi tak terasa keras
Mereka berikan kami cinta seribu getas
Yang tulus tanpa tuntut balas
Ucapannya tak kasar
Tak ada teriakan apalagi cacian
Tutur-katanya lembut menyenangkan
Tegurannya sopan tak berlebihan
Namun tegas dalam memutuskan
Berikan kami cahaya seribu pelita
Kami diperlakukan sama
Walau dengan cara berbeda
Ia bisa bicara tanpa berkata
Berteriak tanpa suara
Karena jiwanya sungguh kaya
Dengan kasih dan penuh cinta
Kami merasa aman dengannya
Mereka layaknya seorang ayah
Menjadi akrab dengan siapa saja
Semua merasa sahabat karibnya
Tahukah, Ingin sekali kami memeluknya dengan rasa hormat
Menghaturkan terima kasih
Karena bersedia mengajari
Dengan setulus-tulus hati
Dengan modal kekayaan jiwa
Membina kami anak-anak negri
Agar siap merubah negri ini
Tahukah, Ingin sekali kami memeluknya dengan rasa cinta
Mengucapkan bahwa kami mencintainya
Melirihkan bahwa kami menyayanginya
Tak pernah terpikir oleh kami menyakiti hatinya
Apalagi membuatnya kecewa atau marah
Maafkan kami jika banyak yang tak berkenan
Sikap maupun tutur kata
Untukmu wahai pahlawan sejati
Pengabdi yang tak pernah henti
Biarkan jiwa tertarik untuk menghamba
Pada pencipta kita, yang menciptakan tulus tak berbalas
Terimakasih…
——————–
Maka kemarin itu saya pun membacakan puisi ini di depan para undangan. Menunjukkan penampilan yang terbaik hingga mereka pun ikut larut dan terharu mendengar puisi itu.
Kini… satu hal lagi ku pahami mengapa Tuhan belum mengijinkanku untuk keluar dari kampus ini karena Dia Yang Maha Tahu mengetahui bahwa saya akan membacakan sebuah puisi dulu sebelum keluar dari kampus ini.
Wow puisi yang bener-bener bikin saya `melting`.. awesome, nart! 🙂
Selalu ada cerita di balik ketidakberuntungan yang menyertai kita ya, senang jika kamu pun menemukannya di ujung cerita ini 😀
untung saya tidak bisa bikin dan baca puisi.. hampirma’ disuruh tinggal lama di kampus juga.. hehehe…
kereeeennn…….
kayax di jurusanku blom ada yg melalukan seperti itu k dosen…
maaf mbak.. boleh e-mailnya
mksudx boleh mintak e-mailnya…
Email: Winarniks[at]gmail[dot]com