Kadang-kadang saya bertanya kenapa saya masih nongkrong di depan monitor tengah malam seperti ini? Padahal seharusnya saya sudah tidur dan terlelap. Lalu apa yang saya lakukan disini? Skripsipun entah apa kabarnya. Tulisan baru tak tau kemana inspirasinya. Aneh.
Apakah ini yang disebut tidak sadar dalam kesadaran? Atau sadar dalam ketidaksadaran? Sadar dan tidak sadar pun saling menghasut bahwa banyak hal yang sering kita lakukan yang membuat kita tak habis pikir mengapa melakukan hal tersebut.
Ada dua jenis kesadaran, kesadaran makro dan kesadaran mikro. Kesadaran makro adalah menyadari mengenai siapa diri kita, dari mana kita berasal untuk apa kita hidup dan kemana kita akan pergi. Sedangkan kesadaran mikro adalah kesadaran dalam keseharian kita. Kesadaran yang dimaksud disini yakni menyadari sepenuhnya apa yang sedang kita lakukan, pikirkan, dan rasakan.
Sadar ataupun tidak sadar, banyak masalah yang kita alami dalam hidup ini yang disebabkan oleh ketidaksadaran. Walaupun kita sering memungkirinya, “Ah… saya selalu melakukannya dengan penuh kesadaran”, nyatanya tidak. Kalau kita betul-betul menyadari apa yang kita lakukan, kenapa ada sesuatu yang akhirnya menjadi penyesalan. Atau jika kita betul-betul sadar melakukan hal tersebut, mengapa kita terjebak dalam kebingungan dan bertanya “mengapa ini yang terjadi?”
Ketidaksadaran mungkin terjadi karena kita terlalu sering melakukan hal tersebut, saking seringnya hingga kita pun melakukannya tanpa proses berpikir, hingga semuanya terjadi secara otomatis.
Ketidaksadaran juga bisa terjadi ketika kita tidak menyadari ada perasaan yang tiba-tiba menganggu diri kita. Padahal perasaan itulah yang mendorong kita untuk melakukan berbagai tindakan.
Penyebab kedua inilah yang paling sering membuat kita tak karuan. Tiba-tiba saja kita melakukan hal yang tidak atau belum pernah kita bayangkan. Padahal inti permasalahannya tidaklah sulit, cukup mengenali dan mendefinsikan berbagai macam perasaan yang silih berganti itu.
Jika marah, sadarilah bahwa kita sedang marah. Jika sedih, sadarilah bahwa kita sedih. Takut, sadarilah bahwa kita sedang takut. Dan jika kita sedang tergoda pada lawan jenis maka sadarilah bahwa kita memang sedang tergoda pada dirinya. Sadarilah dan akuilah perasaan itu. Karena semakin lama, peperangan dalam jiwa akan semakin dahsyat hingga membuat kita semakin tidak sadarkan diri.
Namun dalam kesadaran ataupun ketidaksadaran sisi lain dari diri kita mencoba mengelak untuk menyadarkan diri atas perasaan itu. Dia mencoba menepis dan menghasut hingga kita larut dalam peperangan untuk mencapai kesadaran. Dan pintu kesadaranpun butuh perjuangan untuk segera dibuka.
Hal ini membuat saya berpikir, begitu sederhana kah hidup ini? Yah cukup menyadari bahwa kita harus MENYADARI! Menyadari perbuatan kita, menyadari pikiran kita dan menyadari hati kita. Tetapi rupanya hal itu tidak sesederhana dalam bayangan, karena ketidaksadaran juga ingin menyadari dirinya.
==================
entah ditulis dalam keadaan sadar atau tidak sadar
humm…
kalo boleh menganalogikan, manusia adalah makhluk yg dhaif
yang sangat mungkin untuk melakukan kesalahan
Nah, mungkin dititik itulah, ketika melakukan kesalahan itu,
manusia dianggap sedang “tidak sadar”
karena seperti yg disiratkan penulisnya,
kesadaran tidak akan membuahkan penyesalan
Jadi, mari menyadari segala yg kita lakukan,,,:p
*tidak sadar sudah ngomenG, padahal niatnya tjuman mo batja batja saja^_^*