Satu semester kini telah aku lewati dengan pasang surut semangat. Kadang aku begitu malaznya dan tiba-tiba terlampau rajinnya. Semester ini…, menyimpan banyak kisah, janji yang terpatri di awal semester kini hanya tinggal isapan jempol semata, toh… satu semester aku lewati tanpa ada perubahan yang berarti bahkan cenderung menurun (menurut teman kelasku). Kehadiranku di kelas kuliah turun drastis di semester ini. Mungkin aku kecewa, kecewa dengan cara mengajar sang dosen, kecewa dengan sikap teman-temanku, kecewa dengan birokrat dan kecewa dengan keadaanku.
Ingatanku pun mundur beberapa waktu. Saat status sebagai “mahasiswa baru” masih tertempel di jidatku, aku begitu rajinnya. saat ujian telah tiba, aku begitu siapnya. aku tak butuh bantuan dari siapapun, aku tak perlu membuat sebuah pelampung, aku yakin dengan pekerjaanku, aku menulis dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari lembar soal dengan lancarnya. Di akhir semester, wajahku begitu sumringah menatap nilai A berderet dan 2 nilai B menyisip di daftar nilaiku.
Waktu terus bergulir, kini aku akan mengakhiri tahun ketiga di universitas ini berarti telah 6 semester aku jajaki di program studi ini. Aku tidak serajin Inar sang mahasiswa baru lagi. Kehadiranku mengikuti kuliah sesuka hati, keinginan mengerjakan tugas semaunya.
Kemarin, aku bangun pukul 9.30 karena semalaman begadang mengerjakan tugas dan ketiduran sekitar pukul 6 pagi. Sedangkan aku seharusnya duduk di bangku kampus menjawab soal final mata kuliah “Perencanaan Desa Terpadu” yang dimulai sejak pukul 8.30. Aku tidak mengikuti final. Dan tak ada perasaan bersalah oleh karenanya…
Di kelas tadi, aku kembali mengikuti final. Aku tak belajar dan aku tak pernah mengikuti kuliah. Namun aku bersyukur sekaligus keheranan. Mereka yang notabene parafnya penuh mengisi halaman absensi kasak kusuk mencari jawaban dari satu orang ke orang lainnya. Dan aku…, yg jarang mengikuti kuliah 1 semester ini, bisa duduk tenang menjawab soal-soal demi soal. Jika aku tidak tahu, yah memang aku tak tahu. itu prinsipku!
Kekecewaanku kini semakin jelas. Kampus, sebuah wahana bagi kaum intelektual rupanya lebih berorientasi hasil. Mereka tak peduli bagaimana proses yang harus mereka jalani, yang ada di kepala mereka hanya nilai “A” yang wah. dahsat. cerdas. pintar. pfffu… Sedangkan mereka sebenarnya KOSONK!
Teman Mahasiswa, sebenarnya apa yang kau cari? Ilmukah? Nilaikah? Atau modal untuk menghancurkan negeri kita?