Kini, siapa yang tidak terjangkit dengan nomophobia atau no mobile phobia. No mobile phobia merupakan penyakit ketakutan karena jauh dari telepon seluler. Kelupaan bahkan kehilangan hp merupakan hal yang sangat menakutkan. Dan penyakit itu juga menjangkitiku.
Begitu pentingnya telepon selular dalam hidupku. Bagiku, tanpa hp bagaikan kehilangan alat komunikasi penting, kehilangan sejarah dari sms-sms yang masuk di inbox maupun yang terkirim di sent item, kehilangan jam dan alarm, kehilangan kelender dan pengingat, kehilangan nomor-nomor penting bahkan kehilangan teman yang setia. Semua makin terasa ketika benda itu betul-betul telah hilang dari genggaman.
Aku bukan termasuk orang yang senang mengikuti tren. Menggonta-ganti hp ketika ada keluaran terbaru, bukan menjadi gaya hidupku. Aku tidak begitu perlu dengan hp canggih. Bahkan hp Nokia 2610 yang kumiliki itu, dulu merupakan hp milik ibuku yang diberikan kepadaku karena hpku betul-betul rusak dan tak mampu di gunakan lagi.
Aku termasuk orang yang sulit berkomunikasi dengan orang lain dan kesulitanku dalam menyampaikan isi pikiranku secara langsung kepada orang lain dapat ku antisipasi dengan keberadaan hp. Aku bisa membuat konsep tertulis dengan sms. aku bisa berbicara tanpa kehilatan grogi saat melihat dan dilihat lawan bicara. Bagiku, komunikasi seperti itu menjadi lebih aman dan nyaman.
Selain itu, dengan adanya hp orang lain bisa menanyakan kabarku meski mereka tak tahu aku dimana saat itu.
Sejarah adalah gizi, gizi yang membuat siapa saja mampu berdiri tegak dalam beberapa tahun. Meskipun aku bukan sms person, tetapi besar maupun kecil, sms-sms yang aku terima maupun terkirim dari hpku merupakan reprsentatif dari diri dan kehidupanku. Beberapa sms yang aku terima setidaknya mampu mempengaruhi cara pandang dan alur kehidupanku. Sms-sms yang membuatku tersanjung, tertawa, tersenyum bahkan bersedih dan menangis. Semuanya terangkum dalam inbox yang sengaja tidak aku hapus untuk menjadi referensiku atau gizi untuk masa yang akan datang. Begitu pula sms yang ku kirim, mutlak merupakan hasil olah pikiranku. Aku bisa melihat perkembangan cara berpikirku dari waktu ke waktu dengan membaca sms-sms itu. Yah… meskipun sms hanyalah catatan pendek tetapi bisa jadi menjadi script sejarah yang penting bagi seseorang.
Dan kehilangan hp membuatku kehilangan sms-sms yang sama dengan menghilangkan sebagian sejarah hidupku.
Aku tak begitu suka atau mungkin tidak terbiasa menggunakan jam tangan. Penunjuk waktu kuserahkan pada telepon selularku yang telah ku set lebih cepat dari jam yang sebenarnya. Selain menunjukkan jam, hpku telah ku stel untuk berdendang setiap hari pada pukul 5 pagi untuk membangunkanku dari tidur.
Aku memang sedikit pelupa tetapi aku tak menyangka dampak kehilangan hp membuatku tidak mampu menebak pananggalan hari ini karena telah terbiasa melihat kelender di hp. Kelender di hpku memang bukan kelender biasa, tetapi kelender yang teleh terisi agenda dan pengingat ulang tahun orang-orang terdekatku. Segala sesuatu yang kadang ku lupa telah ku susun di kelender itu.
Kehilangan hp juga membuatku kehilangan nomor-nomor telepon penting. Kehilangan kesempatan yang seharusnya ditawarkan padaku. Kehilangan cerita dari mereka yang jarang ku temui.
Kehilangan hp memang bukan perkara baru buatku. Sejak memiliki hp, aku telah mengalami kehilangan 3 kali dengan kali ini. Kehilangan pertama, hp itu berhasil dikembalikan oleh orang yang menemukan. Kedua kalinya, hp itu hilang saat ada acara di rumah, entah siapa yang tega mengambilnya. Dan kehilangan terakhir ini, aku tau siapa yang mengambilnya tetapi aku tak punya daya untuk memintanya kembali.
Sejak tadi pagi, aku telah mengelilingi MTC dan berharap hp itu ada di antara deretan hp second. Tetapi hingga 3 kali mengelilingi aku tak jua mendapatkannya. Aku ingin hpku kembali, alat bantu komunikasiku kembali, ceritaku kembali, pengingatku kembali. Tuhan…, tunjukkan dimana keberadaannya.