Belajar Dari Atas Panggung “Ayo Berwirausaha” yang diadakan ADEI.

Sejak berkenalan dan satu kelompok di Kelas Inspirasi tahun 2013 lalu, saya selalu memperhatikan sepak terjang Ibu Fauziyah Zulfitri yang luar biasa ini. Akhir-akhir ini malah saya senang mendengar training “Aku Karyawan Keren” di iradio Makassar. Tak disangka, kemarin saya bisa satu panggung dengannya bahkan duduk di kursi yang sama menjadi pemateri di event “Ayo Berwirausaha”.

Akhirnya Keluar dari Zona Nyaman

Tiga-empat tahun terakhir, saya membiarkan hidup saya tanpa rencana. Semua mengalir apa adanya. Bisnis berjalan sekadarnya. Tanpa pencapaian apa-apa.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang penuh dengan ambisi. Berniat mencapai itu, berupaya meraih ini. Semua penuh rencana, demi sebuah visi.

Tetapi pertengahan 2013 saya seperti kehilangan diri yang dulu. Bahkan menutup diri dan menjauh dari sosial. Termasuk jarang nge-blog lagi yang pernah saya tuliskan sebelumnya. Saya manjadi orang solitaire, mendekam di rumah lebih banyak. Hanya mengamati saja. Entah mengapa masa kehamilan dan setelah melahirkan menjadi masa dimana kepercayaan diri saya drop luar biasa. Pribadi melankolis saya seperti berada di puncaknya.

Hingga akhirnya pertengahan 2015 saya berusaha keluar dari “zona nyaman”. Tidak mudah memang keluar secepat itu. Tidak mudah menjadi sedikit sanguinis disaat melankolis masih menguasai. Setidaknya saya butuh 1 tahun untuk beradaptasi. Terkadang rasa tidak percaya diri datang lagi dan membuat saya ingin mengurung diri. Tetapi sekuat tenaga saya lawan.

Bisnis yang ingin saya perbarui sempat drop di pertengahan tahun 2016. Kembali saya diberikan pilihan berhenti atau memulai dari awal kembali. Dan saya memutuskan untuk lanjut berusaha. Mengerahkan tenaga lebih kuat, mengaplikasikan ilmu yang saya punya. Termasuk fokus di penjualan online.

Awal tahun 2017 saya kembali menata mimpi, mengatur strategi. Dan alhamdulillah, semua berjalan dengan cukup baik. Jatuh bangun sebelumnya, jadi pelajaran yang sangat berharga.

Baca juga: Deby, dari Cibiran jadi Wirausaha Sukses

Jadi Pemateri Ayo Berwirausaha

Beberapa kali saya ditawari menjadi pemateri workshop. Mulai dari materi food photography yang saya geluti beberapa waktu terakhir, hingga materi tentang penjualan secara online. Terakhir saya ditawari jadi pembicara di acara seminar kewirausahaan yang diselenggarakan oleh ADEI. Ayo Berwirausaha. Acara yang membuat saya satu panggung dengan perempuan-perempuan inspiratif, Wahyuni Amiruddin dan tentu saja ibu Fauziyah Zulfitri.

Ayo Berwirausaha ADEI

Fauziyah Zulfitri, atau akrab disapa Coach Ochy jadi pembicara di Seminar Ayo Berwirausaha

Fauziyah Zulfitri

Sewaktu SMA dan awal kuliah saya berpikir, perempuan kuat itu yang tampilannya maskulin. Ia menjalankan kegiatan yang lebih banyak dilakukan oleh laki-laki. Tetapi perjalanan waktu mengajarkan saya berbeda. Justru perempuan yang tampilannya feminim lebih banyak yang bermental sangat kuat. Termasuk hari itu, di seminar Ayo Berwirausaha, pandangan saya yang dulu terpatahkan oleh tampilan Coach Ochy.

Hari itu ia tampak anggun dengan baju terusan merah maroon yang digunakannya. Wajahnya tampak tetap ceria meski saya tahu dia baru saja tiba di Makassar dari Papua. Sebelumnya ia pulang ke rumah dulu, memeluk anaknya, menyalurkan naluri seorang ibu yang sesungguhnya. Lalu tiba di ruangan ballroom hotel Sahid tepat sebelum waktunya untuk mengisi materi. Siapa yang sangka wajahnya yang terlihat awet muda itu, rupanya usianya sudah mencapai kepala empat.

Beliau tampak sangat profesional. Materi yang dia bawakan sore itu, baru dikerjakannya di pesawat, tetapi isinya sungguh memukau. Di dalam materi yang dia bawakan melalui slideshow, beberapa kali dia ceritakan pengalaman pribadinya. Beberapa kali saya dibuatnya kagum dan bertepuk tangan.

Siapa yang tidak ingin mencapai posisi tertinggi dalam perjalanan karirnya? Semua orang yang berkarir tentu menginginkannya. Ibu Fauziyah mencapai puncak karirnya sebagai direksi setelah 17 tahun konsisten bekerja di bidangnya. Dan mengejutkan, di posisi tertinggi itu justru dia resign dan memilih membuat perusahaan sendiri.

Materi yang dipaparkannya membuat saya yang berada di panggung ikut terketuk. Saya serasa ingin turun ke bawah dan menjadi peserta agar bisa fokus menyimak materi yang dibawakannya.

Apa mimpi saya sekarang? Sampai dimana pencapaian saya sekarang? Apa saja yang saya lakukan untuk mencapai visi hidup saya? Sudah konsistenkah saya melakukannya?

Building your Dream

Mimpi ketika hanya jadi impian, dia akan tetap menjadi mimpi. Harus ada aksi yang mengikutinya agar impian itu terwujud. Pesan itu yang pertama disampaikan Coach Ochy.

Saat pertama kali berkarir di usia 23 tahun, beliau memang bermimpi untuk pensiun di usia 40 tahun. Dan membangun perusahaannya sendiri. Untuk mewujudkan visinya tersebut beliau menyusun strategi. Mulai dari mendapatkan posisi karir terbaik hingga membangun personal branding yang kuat. Meski banyak yang menyayangkan keputusannya untuk pensiun dini, tetapi beliau tidak bergeming. Posisi direksi ditinggalkannya di saat usia yang telah direncanakannya 17 tahun sebelumnya.

Apa yang dipaparkannya membuat saya terketuk. Apa mimpi yang ingin saya capai? Dan bagaimana saya membangunnya? Dream board yang pernah saya buat sepertinya sudah harus diperbaiki agar saya lebih semangat mewujudkannya.

Believe it will be suceed

Setelah mempunyai mimpi, percayalah itu akan terwujud. Dari sesi sore itu, Coach Ochy memaparkan 3 hal yang dibutuhkan agar mimpi terwujud dengan baik.

Pertama, miliki kemampuan sesuai dengan mimpi yang ingin kita wujudkan. Saat bermimpi jadi entrepeneur sukses tentu kita harus terus mengasah kemampuan. Mulai dari belajar spesifik tentang bisnis yang digeluti hingga membangun kemampuan memimpin, menejeri dan sebagainya.

Seperti halnya Coach Ochy. Untuk membangun konsultannya dia terus mengasah kemampuannya. Termasuk mengikuti seminar hingga keluar negeri. Beliau sangat tahu semua ilmu yang didapatkannya adalah aset untuk mewujudkan mimpinya.

Kedua, Realibility. Ketika kita sudah mempunyai kemampuan selanjutnya kita akan ditanya sampai dimana kita bisa diandalkan. Apakah kemampuan tersebut cukup mumpuni? Apakah citra kita di mata kostumer atau calon kostumer baik? Selain kemampuan yang baik, reputasi juga harus dijaga.

Ketiga, Intimacy. Yakni bagaimana kita baik secara pribadi maupun sebagai perusahaan membangun kedekatan dengan kostumer. Mulai membangun komunikasi yang baik, berusaha menemukan solusi dari permasalahannya, hingga memberikannya kenyamanan. Dan semua itu makin dipermudah sekarang dengan adanya sosial media.

Ayo Berwirausaha ADEI

Bersama moderator dan pemateri Ayo Berwirausaha

Bayangkan Sukses Satu Step Setelahnya

Setiap orang tentu ingin sukses. Dan cara mencapai itu bisa dilakukan dengan memikirkan satu step yang akan dilewati setelah meraih kesuksesan itu. Contoh yang paling sederhana saat kita bermimpi untuk menjadi pengusaha yang hebat, pikirkan apa yang terjadi setelah mencapai itu. Mungkin omset yang mencapai sekian. Atau mungkin membayangkan mendapat award. Atau bisa jadi membayangkan menandatangi kontrak tertentu.

Make it Happen

Ketika mimpinya sudah ada, proses yang akan dijalani sudah diketahui selanjutnya buat itu menjadi kenyataan.

Dalam presentasinya sore itu, Coach Ochy memberikan rumus 3 C

Clearity. Perjelas apa yang akan kita capai. Tujuan utamanya apa? Dengan demikian kita akan membangun misi demi misi untuk mencapai visi utama kita tersebut.

Commitment. Visi yang jelas harus dikerjakan dengan komitmen yang kuat. Jangan terlalu banyak alasan. Bahkan Coach Ochy menegaskan untuk kejam pada diri sendiri demi mencapau tujuan perusahaan atau hidup kita.

Ayo Berwirausaha ADEI

Para pengisi acara Ayo Berwirausaha

Consistency.  Visi yang hebat serta komitmen yang kuat harus pula diimbangi dengan konsistensi. Karena dengan menjaga ritme konsisten kita di satu bidang yang ingin kita capai, maka akan terasa lebih mudah. Karena dengan demikian, orang lebih mengenal kita sebagai apa yang konsisten kita jalani.

Wahyuni dan Kripik Pisang Ijonya

Perkenalan kami dimulai sejak satu setengah tahun yang lalu. Kami bertemu di salah satu komunitas wirausaha perempuan yang dibentuk oleh Care Indonesia yang bercabang di Makassar. Kala itu bisnisnya masih berupa ide dan produknya masih eksperimen. Dia tak banyak bicara, tetapi setiap ilmu yang diberikan dia serap dengan baik. Pergerakannya gesit, selalu ingin belajar dan semangatnya luar biasa. Wajar ia mampu membangun bisnisnya hanya dalam waktu singkat.

Dulu dia bekerja di sebuah perusahaan tetapi karena merasa ini bukan dunianya, dia memilih resign. Perjalanan mempertemukannya dengan komunitas Bintang Muda. Dan dia tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Modal yang didapatkannya diolahnya sedemikian rupa untuk memajukan bisnisnya.

“Saya punya ide bisnis dan saya mengaplikasikan semua ilmu yang saya terima” Itu ucapnya saat berada di panggung bersamaku. Dia memanfaatkan semua media untuk berjualan. Mulai dari hubungan pertemanan, sarana yang diberikan pemerintah, retail di toko oleh-oleh hingga media lainnya. Latar belakang pendidikannya sebagai Sarjanan Teknik Informatika digunakannya untuk memanfaatkan media online.

Dan hari ini perempuan yang humble itu membuktikan diri sebagai salah satu pengusaha wanita yang bisa diandalkan di Makassar.

Passion tak Harus Jadi Pengusaha

Di akhir sesi Coach Ochy memaparkan, “Passion tidak harus jadi pengusaha. Ada orang yang passion-nya jadi pelayan.”
Setiap orang harus produktif dan mampu berkarya melalui passion-nya. Apapun itu. Karena pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang dikerjakan dengan sepenuh hati. Tidak peduli berapa banyak uang dikeluarkan, tidak peduli berapa waktu yang dikorbankan. Asal kita mengerjakan

2 thoughts on “Belajar Dari Atas Panggung “Ayo Berwirausaha” yang diadakan ADEI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.