Pojok Pilu Masa Lalu

      Tak ada komentar pada Pojok Pilu Masa Lalu

| Dulu aku kau puja | Dulu aku kau sayang | Dulu aku sang juara | Yang slalu engkau cinta|Kini roda telah berputar | Kini aku kau hina | Kini aku kau buang | Jauh dari hidupmu | Kini aku sengsara | Roda memang telah berputar | Mana janji manismu | Mencintaiku sampai mati | Kini engkau pun pergi | Saat ku terpuruk sendiri | Akulah sang mantan | Akulah sang mantan | Sakit teriris sepi | Ketika cinta telah pergi | Akulah sang mantan | Akulah sang mantan | Mana janji manismu | Setia sampai aku mati | Kini engkau pun pergi | Saat ku jatuh dan sendiri |

Nidji – Sang Mantan.

Handphoneku kembali berdering dari nomor itu. Sebuah nomor baru. Nomor yang tidak pernah aku tahu. Iya tak bersuara, yang terdengar hanya sebuah lagu. Alunannya begitu syahdu. Liriknya sungguh menusuk hingga ke kalbu. Aku terdiam dan terpaku. Menundukkan kepala dan mengadahkan dagu. Jiwaku seketika itu kaku. Aku yakin itu dirimu.

Mengapa kau datang lagi mengganggu. Tidak senangkah melihat ketenanganku? Ataukah kau gembira melihatku sendu? Hendak menagih janji manisku? Lalu bagaimana dengan janjimu? Menjagaku saja kau tak mampu!

Berhentilah mengungkit masa lalu. Dulu memang seindah madu, saat kita masih satu. Tapi sadarkah keindahan itu semu? Kini kenangan itu telah menjadi pilu. Tahukah kau aku sangat tertekan dengan semua itu? Menyesakkan dan menggoreskan narasi ungu. Narasi yang membuatku harus menutup buku. Semua bujukmu takkan merubah jiwaku yang terlanjur meragu. Maaf, untukmu hatiku sudah membatu!

Yah…roda memang telah berputar, semua telah mengaduk serta berpadu. Dan kau hanyalah kisah lalu. kumohon tak usah lagi kau mengganggu. Anggap saja aku keliru. Biarkan setiap detik membuat ingatan itu tersapu. Itu dulu, kini semua telah ditinggalkan waktu.

Terlalu lama dan banyak hal yang membuatku haru biru. Banyak lara yang harus ku pikul di bahu. Jadi jangan lagi kau tambah dengan memori itu. Semuanya telah cukup membuatku membeku di pojok sambil tersedu. Mungkin merasa sangat malu atau mungkin telah jemu. Mengapa tak dari dulu biarkan saja aku menjadi debu?

0 thoughts on “Pojok Pilu Masa Lalu

  1. Billy

    Hello,,,dah pindah kandang ternyata. Padahal saya senang baca tulisan anada di blog yang lama bahkan salah satu artikelnya menjadi referensi saya dalam membuat laporan perjalanan (G.Bawakaraeng) :D. Nggak berniat naik gunung lagi yach ???

    Hello juga… iya nih sdh lama pindah. tulisan disana sdh dipindahkan kesini juga. Syukurlah klo tulisan itu bermanfaat. Sebenarnya ingin naik gunung lagi, tapi nda tau kapan….

    Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.