Belum Menang

      2 Komentar pada Belum Menang

Di kerendahan yang tinggi, kecaplah kepahitan yang manis, lihatlah kengerian yang indah, hingga peristiwa menjadi hikmah…

Sebulan terakhir ini perusahaan tempat saya bekerja mengalami perubahan terhadap manajemen keuangan, internet dihapuskan dan jatah makan siang diuangkan. Beberapa masalah pun turut membuat manajemen diri saya juga ikut berubah bahkan tidak dapat dikatakan manajemen diri lagi.

Yah… saya harus akui kalau hidup saya satu bulan terakhir menjadi lebih tidak teratur. Termasuk pola tidur dan pola makan. Emosi saya pun ikut-ikutan naik turun tak beraturan. Hal ini membuat maag saya menjadi kambuh.

Sejak SMP saya sudah kena gejala sakit maag, jadi meskipun saya bukan mahasiswa yang kuliah di Fakultas Kedokteran, saya sangat kenal dengan penyakit yang satu ini. Bahkan ketika SMA saya sempat menjadikannya sebagai sebuah karya ilmiah.

Kemarin, seorang teman mengatakan kalau saya kelihatan lebih gemuk, memang setiap maag saya mulai kambuh, berat badan saya akan naik apalagi kalau aktivitas makan hanya dilakukan satu kali sehari yakni malam hari sebelum tidur. Bahkan seminggu ini sepertinya penyakit itu sudah semakin gawat. Saya semakin sulit tidur karena rasa perih disekitar lambung yang bahkan terasa hingga ke punggung dan disekitar usus. Lambung pun telah mengalami pendarahan. Badan semakin tidak nyaman karena kepala pun ikut sakit. Sepertinya sebentar lagi berat badanku akan turun drastis.

Dan hari ini rasa sakit itu makin menjadi-jadi.

Pola makan yang tidak teratur dan gejala stress menyebabkan lambung memproduksi Asam Klorida yang berlebihan. Asam Klorida sebenarnya sangat berguna untuk proses pencernaan makanan di lambung, tetapi bila produksi HCl ini tidak dibarengi dengan masuknya makanan ke lambung, maka HCl akan memakan mukosa lambung. Bahkan dalam tingkatan yang lebih parah akan membuat lambung terluka dan berdarah, seperti yang saya alami sekarang.

Saya belum ingin membahas panjang tentang penyakit ini, justru yang saya ingin tuliskan adalah hal-hal yang menyebabkan penyakit ini kambuh lagi. Saya hanya menyesalkan karena rupanya saya melakukan kesalahan yang sama lagi. Sudah tau punya penyakit maag, masih juga tidak mampu memanajemen stress dengan baik. Umur yang sudah bertambah seharusnya membuat saya lebih dewasa memandang segalanya. Tapi apa bedanya saya sekarang dengan saya di umur sebelumnya? Bahkan apa bedanya saya ketika umur saya masih belasan?

Pagi tadi, seseorang menyapa saya “Winarni”. Nama sakral itu diucapkannya dengan sangat enteng sambil menyunggingkan senyum. Saya yang hendak menuju kantor seketika itu tersentak, bukan karena orang yang menyapa tapi karena sapaan yang digunakannya “Winarni”. Ah.. tiba-tiba saya merasa malu dengan nama yang diberikan itu, karena sampai hari ini saya belum juga bisa menjadi pemenang.

Kemenangan yang saya maksud disini bukanlah kemenangan ketika saya berhasil mengalahkan lawan dalam suatu pertandingan. Bukan pula kemenangan ketika berhasil mencapai suatu prestasi yang membanggakan. Bahkan bukan keberhasilan karena mendapatkan semua yang saya inginkan dalam hidup ini.

Tapi kemenangan disaat saya mampu melawan suatu kegagalan. Kemenangan saat saya dapat mengatasi suatu musibah yang menimpa. Kemenangan karena saya mampu bangkit dari suatu keadaan yang menyedihkan. Dan kemenangan atas perjuangan melawan diri yang sangat terpuruk. Suatu kemenangan mengatasi hal yang sulit yang sebenarnya suatu hadiah betapa sayangnya Allah SWT kepada saya. Pengalaman-pengalaman yang seharusnya membuat saya banyak belajar atas apa yang telah saya alami.

Tapi apa yang saya lakukan sekarang? Saya hanya mampu meratapi semuanya. Tidak sepenuhnya bangkit dan akhirnya terpuruk lagi. Dan kembali membiarkan tubuhku tersiksa oleh penyakit yang sama.

Atau jangan-jangan ini karma? Mungkinkah karena terlalu banyak orang yang sudah saya sakiti? Tapi bukankah saya sudah berulang kali meminta maaf pada mereka? Apakah saya harus meminta maaf lagi? Baiklah, melalui tulisan ini saya sampaikan maaf itu sekali lagi, MAAFKAN SAYA. (mudah-mudahan mereka membacanya)

Masalah-masalah yang menerpa akhir-akhir ini seharusnya bisa membuat saya lebih dewasa seandainya saya bisa lebih bijak memandangnya bukan malah membuat saya terkena penyakit yang sama untuk kesekian kalinya.

2 thoughts on “Belum Menang

  1. Seorang sahabat

    Sedih membacanya. Tapi lebih sedih lagi sebab sy tidak bisa banyak membantu. kita tauji to kalau Saat ini saya jg masih berusaha mencoba bangkit lagi. Teori memang gampang sekaliji mengalir, tp praktekx ternyata tidak mudah. Jadi Sabar meki saja sambil trus berusaha mengubah semuanya menjadi lbh baik.
    mengutip sendiri kata2ta’ “Pasti bisa jeki sabar sampai misterinya terjawab. Life must go on”

    Saya malah terharu membaca komentar ini. Makasih yah… Yeah, Life must go on…..

    Reply
  2. app

    Assalamu Alaikum,!

    Kadang kita merasa hebat ,,,
    Kadang Kita merasa Sang Juara
    kadang kita yang terbaik,,,

    walaupun seorang winarni. k. s pasti sakit juga itu karena malas makan.

    aku tau kau begitu cuek dengan sakit, bahkan tak pernah merasa sakit.
    itu semua karena kau mampu mengalahkan semuanya,! kau sakit ketika pingsa, atau masuk rumah sakit.

    haruska semuanya berakhir begitu cepat,!

    Iya ada namanya usaha untuk sehat seperti semulakala , apalah artinya hidup kalau kita tidak sehat…harus berdoa dan berusaha,,,!

    kedokterq itu,
    periksa atw mauq kutemani kedokter,,,!

    bukan KARMA itu, !

    ‘maafkan’ aku kalau membaca tulisanta,!

    Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.