Kagum

      8 Komentar pada Kagum

“Dia tinggal dimana? Nomor hapenya berapa? Paling suka makan apa? Berapa bersaudara?” Keysha terus mendesak Rini dengan berbagai pertanyaan tentang seseorang. Rini pun menjawab semampunya mengenai apa yang diketahuinya.

Keysha belum juga mampu memahami arti sebuah rasa kagum. Tiba-tiba saja dia merasakan perasaan aneh itu, perasaan aneh yang orang lain menamainya “kagum”. Rasa itu menjelma menjadi sosok yang begitu hebat dan menganggu pikirannya. Entah sejak kapan rasa itu mengurai dirinya, merasuki setiap sel darah Keysha, mengalir dan membuatnya menjadi gundah.

Darimana sebenarnya virus itu bermula? Apakah ketika kita melihat seseorang yang mampu melakukan sesuatu yang tidak bisa kita lakukan? Ataukah karena orang tersebut mampu melakukan hal yang sejauh ini belum bisa kita lakukan sebaik apa yang dilakukannya? Ataukah karena ia berada pada standar kehebatan global ataupun personal yang telah menjadi baku dalam jejak berpikir kita? Ataukah itu hanya sugesti yang sebenarnya tidak pernah betul-betul ada? Ataukah kagum hanya sekedar angin lalu yang coba ditiupkan agar kita tidak monoton memandang hidup?

Nama lelaki itu Abdi, sosok yang membuat Keysha tak karuan. Seorang sosok aktivis di kampusnya sekaligus asisten laboratorium. Tak hanya mahasiswa, dosen pun mengakui kecerdasannya. Senyumnya membuat siapa saja terpesona. Derap langkahnya membuat detak jantung mahasiswi yang dilewatinya menjadi tak karuan. Dan hal yang semakin Keysha tak mampu memalingkan matanya dari sosok Abdi ialah ketika Keysha tau bahwa Abdi adalah seorang bassis yang sangat keren.

Sejak dahulu, ketika Keysha mulai mengenal musik, ia paling suka melihat permainan seorang bassis dalam suatu band, berbeda dengan temannya yang sebagian besar mengagumi seorang melodis atau vokalis. Bagi Keysha, seorang bassis tampak jauh lebih keren dengan hentakkan dan perpindahan jari-jarinya di atas senar yang tampak tegas dan penuh semangat.

Malam itu, ketika Keysha melihat penampilan Abdi di atas pentas bersama gitar bass di tangannya, Keysha semakin tak kuasa menahan gejolak di dadanya. Malam itu Abdi meperlihatkan konser yang sangat memukau. Dentuman suara yang dihasilkan resonansi senar yang dimainkan Abdi mambahana seirama detak jantung Keysha.

Rasa kagum yang coba dia redam terus menggugah haknya. Semakin Keysha berusaha menepisnya, semakin ia bergejolak hingga bermutasi menjadi rasa penasaran. Rasa penasaran itu kemudian menjadi candu yang terus menggelitik Keysha untuk mencari tahu banyak hal tentang Abdi. Satu per satu Keysha menguak kenyataan tentang lelaki itu. Dan semakin lama, Keysha larut dengan kekagumannya.

***

Keysha adalah seorang perempuan yang hanya mampu mengintip Abdi melalui sela-sela mahasiswa yang juga mengikuti praktek di laboratorium, tempat Abdi menjadi asisten. Seperti pagi ini, ia hanya bisa menikmati lelaki itu dari jauh sementara ia tahu banyak perempuan yang mengitari, memberi salam agar Abdi bisa menikmati hari-harinya. Keysha hanya mampu memandang senyuman ramah itu dari jauh, memandang wajah yang tampak serius namun tetap menarik, hidungnya yang mancung, dagunya yang lancip, serta mata Abdi yang coklat sekaligus menyejukkan sungguh membuat Keysha merasakan dentuman bass di hatinya.

Ini fakultas teknik, fakultas yang didominasi oleh mereka yang berjenis kelamin lelaki, makhluk berjakun. Ratusan bahkan ribuan lelaki dengan berbagai karakter bisa ditemukan disini. Keysha pun tak memungkiri bahwa beberapa di antara mereka mengusiknya dengan rasa kagum, tetapi hanya Abdi yang membuatnya gundah gelisah seperti ini. Satu diantara ribuan lelaki yang bisa ditemuinya setiap hari di kampus.

Tapi Keysha hanya mampu memendam rasa kagum itu.

“Selamat pagi, kenapa berdiri di depan lab sambil tersenyum begitu?” Sapaan itu menghentak Keysha.

“Ng.. eh, hmmm…” Sejak tadi Keysha memang berdiri di depan lab dan membayangkan Abdi di dalam sana.

Pria itu hanya tersenyum.

“Namamu Keysha kan?”

Keysha semakin gelalapan. Abdi mengetahui namanya.

“Yang kemarin menanyakan nomor HPku pada Rini?”

Tiba-tiba Keysha membelalakkan matanya, pura-pura dilihatnya jarum di jam tangannya. Ia tak mampu menatap mata coklat pria itu. Senar bass di dalam hatinya pun beresonansi tak karuan. Membuat Keysha bergetar. Tubuhnya terasa terguncang-guncang. “Hmm.. iya, saya mau tanya jadwal asistensi” jawab Keysha kaku seraya siap-siap hengkang dari tempat itu.

“Sudah dapat jadwalnya?”

“Belum.”

“Tapi no hp saya sudah dapatkan?”

Glek.. suara bass di jantung hatinya semakin nyaring terdengar.

***

Selalu ada alasan bagi Keysha untuk mengirimkan Abdi sebuah sms setiap hari. Semuanya tak jauh dari masalah mata kuliah di kampus. Rasa kagum yang dulu bermutasi menjadi rasa penasaran semakin lama berubah wujud menjadi rasa yang lebih berbeda. Rasa yang bergerak cepat seperti jari yang berpindah dari tabulasi satu ke tabulasi lainnya, menghentak-hentak penuh semangat dan menghasilkan ritme yang sempurna. Semakin ia berusaha berkomunikasi dengan Abdi semakin ia temukan serpihan-serpihan kekaguman.

Apakah Abdi juga merasakan getaran bass dari jantung hatinya? Keysha pun tak tahu. Tetapi mengapa smsnya kerap terbalas oleh Abdi? Apakah ini hanya sebuah bentuk penghargaan saja? Dan dentuman getaran? Ada apa? Mengapa harus ada, jika semua hanya sekedar rasa kagum? Mungkinkah ada rasa lain yang telah menguasai Keysha? Apakah rasa kagum yang dulu menguasai Keysha kini telah berbuah menjadi rasa cinta?

Yah… Keysha mengakui bahwa ia telah jatuh cinta. Ia mendambakan Abdi beserta segala kehebatan pria itu menjadi miliknya.

Sebagai mahasiswa rantau, Keysha harus tinggal sendiri di sebuah kos yang tak jauh dari kampus. Namun, disaat seperti ini, ketika sakit kepala terus menganggunya, ia tak tau harus bagaimana. Segera di ambil hp miliknya lalu mengirim sebuah sms ke Abdi dan mengadukan rasa sakit yang dideranya.

Abdi yang menerima sms itu pun merasa heran. Dia seorang mahasiswa teknik bukan mahasiswa kedokteran tetapi mengapa Keysha mengirimkan sms bahwa dirinya sedang merasa sakit? Mungkinkah Keysha sedang meminta perhatiannya? Ia pun mencoba membalas seadanya dan balasan itu membuat Keysha semakin tak karuan namun bahagia.

***

Keysha mengingat masa kecilnya. Dulu Keysha begitu terpukau pada seorang insinyur yang mampu membuat sebuah jembatan berdiri dengan kokoh. Namun kini, kenyataan itu tidak berarti apa-apa. Dulu Keysha kagum pada mahasiswa yang kuliah di fakultas teknik, namun kini semua biasa saja, karena dengan kemampuannya yang tidak seberapa dia pun bisa berkuliah disini. Segalanya kini tampak biasa-biasa saja. Tidak lagi mengagumkan seperti dulu.

Bukankah sebuah kekaguman muncul ketika kita belum tahu apa-apa tentang hal itu?

Sebuah kesadaran akhirnya mengetuk kesadaran Keysha. Kekagumnya pada Abdi telah membutakan matanya. Kini ia cenderung memikirkan hal-hal yang dianggapnya “hebat”. Padahal bukankah alam didesaian dari hal-hal yang kecil yang sangat rinci hingga yang kompleks? Dari sebuah kekurangan hingga kelebihan?

Hegemoni virus cinta kadang membuat kita menjadi ingin memiliki. Hal inilah yang mungkin membuat Keysha menginginkan Abdi menjadi miliknya. Keysha mendambakan sosok yang dikaguminya itu mendampingi hidupnya.

Namun cinta bukan sekedar rasa kagum yang lahir dari rasa indra yang menyadari kelebihan tetapi cinta seharusnya bisa lebih memahami arti sebuah kekurangan. Saat ini, ketika Keysha menyadari dirinya masih diliputi rasa kagum pada Abdi, yang ada dalam benaknya hanya kelebihan Abdi dan segala kebaikan yang telah terpaktron untuk lelaki itu. Tetapi akankah ia mampu mengendalikan diri dan menerima Abdi apa adanya ketika egonya mulai bermain? Kelebihan-kelebihan Abdi yang dulu dikaguminya akankah terkuras habis ketika kekurangan-kekurangan Abdi mulai dirasakannya? Masih adakah cinta ketika rasa kagum yang dulu indah berubah menjadi biasa-biasa saja?

Keysha menunduk dalam diam atas segala pertanyaan yang mencecarnya. Namun siapa yang mampu melawan gejolak cinta yang begitu dahsyat dan melenakan? Keysha pun tak mampu. Hingga akhirnya ia mengetik sebuah sms untuk Abdi.

Lg ngapain? Dmn? Sm sp?

Seusai Keysha mengetik sms itu, tiba-tiba ia menyadari, ia tak ingin terjebak pada rasa kagum yang membuatnya mengenal “cinta”. Keysha tak ingin cintanya hadir dari sebuah kelebihan semata. Keysha pun berusaha menjauhi Abdi, menyimpan semua rasa dalam sebuah kotak rapat dipikirannya. Keysha menyimpan hp nya dan tidak mengirim sms yang telah tertulis disana. Padahal disaat itu juga, bass di jantung Abdi sudah beresonansi menghasilkan ritme cinta pada Keysha dan sedang menunggu sms yang seharusnya ada malam ini.

8 thoughts on “Kagum

  1. Bukan siapa siapa

    Cerpen yg bagus 🙂

    Tapi Seharusnya itu menjadi Indah, andai saja keysha mau mencobanya. Kekhawatiran terhadap hal yg blm tentu terjadi telah mengalahkannya, padahal dia belum berusaha utk menemukan kekurangan2 Abdi. Dan Bisa saja Keysha menerima dan mencintai segala kekurangan2 itu. karena cinta itu……Hmm…..yah…….begitumi…….

    Keysha hanya berandai-andai. Sayang sekali……

    “Lg ngapain? Dmn? Sm sp?” —-> kayak iklan, hehehe

    Terima kasih 🙂

    Hehe… namanya juga cerpen, sengaja di buat seperti itu supaya ada konfliknya. Selain itu endingnya sebenarnya blm selesai, tp sy membuatx seperti itu spy pembaca meraba-raba apa yang akan terjadi lagi. *Hallah…* Hehe…

    Tapi begitu mi memang cinta. Jhahay…

    “Lg ngapain? Dmn? Sm sp?” –> ini bukan iklan, klo di iklan itu, “Lg dmn? Ngapain? Sm sp?” Hehehe…

    Skali lg makasih kunjungannya

    Reply
  2. quinie

    huaaa.. dikau suka nulis cerpen juga ya? good good good.. dikau ga ikutan submit cerita untuk sop konro ?

    cuma tulisan acak-acakan saja, asal jadi. Sekedar mengisi kekosongan di blog saja, sejauh ini hanya di nikmati sendiri.
    sop konro? hmm.. masih mikir mau ikatan, tidak percaya diri dengan kemampuan menulisku yang cekak ini. Hehehe

    Reply
  3. swee

    cerpennya bagus

    kalo kagum sama orang , lama2 bisa jatuh cinta tapi akan hilang seiring waktu.

    tapi kalo cinta, kamu bakal penasaran sama dia, trus mencoba pdkt, cari tahu tentang dia, lama-lama deket, semakin kenal, tau kelebihan dan kelemahannya, tau kebiasaan buruknya, tapi kamu akan tetap mencintai dia dan menerima dia apa adanya.

    cinta sejati merupakan sebuah perjuangan. tidak hanya sekedar kenikmatan. tapi lebih dari itu.

    keysha berhenti menghubungi abdi karena takut terjebak rasa kagum adalah cerita dan akhir cerpen yang menarik.

    makasih atas penjelasannya tentang cinta dan kagum…
    salam kenal

    Reply
  4. aLLi

    ufh… dirimu sukses membuatku penasaran dengan lanjutannya
    blum pi ji selese toh? heuheuheu…

    oia, kalo boleh usul, nanti kalo mo bikin sekuelnya
    si keysha sama abdi dak usah dibuat pacaran, langsung nikah saja, wkwkwkwk

    salut sm kemampuan menulisnya dek
    palagi bisa bikin cerpen (worship)
    sepertinya harus banyak belajar sm inart

    keep writing…^_^

    usul sekuelnya akan dipertimbangkan kak. Hehe

    wah… saya jadi malu, saya juga baru ji belajar kak. Malah saya yg mau belajar sama qt, atau qt belajar sama-sama. ^.^

    Makasih kunjungannya…

    Reply
  5. Pengagum

    jarak antara cerpen terakhir dengan cerpen ini jauh sekali, membuat saya menunggu lama untuk membc karya barumu. malah membuat saya kecewa. sorry ces, tp cerpen ini dangkal skl untuk ukuranmu.
    sepertinya kurang riset atau terlalu cepat di publish.
    pasti ko bisa bikin lebih bagus dari ini toh.

    yang tetap mengagumimu. Heheheehe

    Hehehe… makasih nah. akhirnya ada yang mengatakan ini. saya sendiri juga belum puas dengan cerpenku ini. masih ada yang perlu di benah. terlalu cepat di publish??? hmmm… mungkin kejar deadline *hallah*
    file di kompiku sudah ada yang dirubah sedikit, tp belum semua, nanti klo sudah merasa pas saya akat publish ulang.
    makasih

    Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.