Haruskah YKS Dihentikan?

      5 Komentar pada Haruskah YKS Dihentikan?

image

Petisi penghentian tayangan YKS di Trans TV sedang marak dibahas di media sosial saat ini. Berbagai opini pun berkembang, ada yang pro, ada yang kontra. Membaca tentang hal tersebut cukup menggelitik saya ikut berkomentar. Terus terang saya bukan salah satu penggemar acara ini, tapi pernah menontonnya sesekali. Saya hanya ingin mengungkapkan isi pikiran saya dengan melihat dari sudut pandang yang berbeda.

Acara Yuk Keep Smile adalah sebuah acara yang berawal dari penayangan program Yuk Kita Sahur pada bulan ramadhan. Selama sebulan tayang, acara ini mendapatkan rating yang cukup tinggi. Bahkan setelah bulan ramadhan berlalu, tayangan ulang YKS tetap mendapatkan rating tinggi. Hal tersebut membuat produser akhirnya meneruskan acara tanpa merubah singkatan YKS sebelumnya. Yuk Keep Smile pun dirasa sangat cocok karena tayangan ini mendapat rating tinggi dari goyang Cesar yang akrab dengan kata-kata “Keep Smile”.

Format acara ini adalah pertunjukan musik langsung, komedi situasi, kuis interaktif, talkshow, dan game show, yang dipandu dan diisi oleh beragam artis, dengan menghadirkan bintang tamu berbeda setiap harinya. Tayang setiap hari, acara ini terkenal dengan tarian yang dikenal dengan “Joget Caisar atau Caesar” yang diiringi instrumen musik lagu Buka Dikit Joss dan Kereta Malam. Selain itu, kini beberapa tarian pun ditambah seperti Joget Bang Jali (Denny Cagur), Goyang Oplosan, dan Goyang Simalakama.

Indonesia Suka Joget

YKS memang cukup fenomenal. Dalam waktu yang cukup singkat, acara ini mampu mencuri banyak perhatian masyarakat Indonesia. Rating yang dicapai mengalahkan acara lain pada jam yang sama. Goyang Cesar dianggap sebagai salah satu kesuksesan acara ini. Joget yang diperagakan Cesar menjelang pariwara menjadi favorit banyak orang. Cesar dan goyangannya yang awalnya hanya pemanis acara, akhirnya menjadi ikon acara ini. Kesuksesan Goyang Cesar ini membuat saluran televisi lain ikut-ikutan membuat goyangannya sendiri. Beberapa diantara acara yang saya tahu ikut membuat gerakan joget adalah Facebooker di Anteve, Dahsyat di RCTI, Itbulaga di SCTV.

Tingginya rating dan ikut-ikutannya saluran televisi lain menciptakan gerakan joget bukankah berarti sebagian besar rakyat Indonesia gemar melakukan joget. Bagi sebagian besar orang hal itu adalah hiburan untuk melepaskan stres ditengah padatnya kegiatan. Joget, goyang atau tari adalah bagian dari budaya bangsa Indonesia yang dihasilkan dari cipta, karsa dan rasa. Ada unsur seni dalam setiap gerakan. Setiap daerah punya tarinya masing-masing.

Kepopuleran joget saya rasa sudah ada sejak dulu. Saya ingat waktu kecil, bagaimana joget sajojo dan poco-poco begitu populer di masyarakat bahkan dijadikan lomba bagi semua kalangan. Mulai dari anak-anak, ibu-ibu bahkan bapak-bapak. Bukankah ini berarti joget, goyang atau tari adalah bagian dari sebagian besar masyarakat kita. Lalu pantaskah kita mengatakan joget akan merusak moral bangsa? Adakah penelitian yang pernah dilakukan untuk membuktikan hal itu.

Sebagian besar masyarakat memrotes joget oplosan yang dianggap vulgar bahkan biasa menampilkan SPG dengan pakaian minim untuk memeragakan hal itu. Beberapa orang berpendapat vulgar atau tidaknya gerakan tergantung cara pandang tiap orang. Seperti seksi atau tidaknya baju adat beberapa suku di Indonesia juga tergantung dari sudut pandang orang yang melihatnya.

Dalam suatu berita saya pernah membaca, seorang ibu mengeluh karena anak perempuannya melihat perilaku teman sekolahnya menirukan goyang cesar sambil membuka resleting celananya. Entah darimana anak ini menirukan goyang cesar sambil membuka resleting celananya, karena setau saya tidak pernah ada adegan tersebut diperagakan Cesar. Kalau pun itu dikarenakan lirik lagu “buka dikit joss”, setahu saya lagi lirik itu tidak pernah dinyanyikan. Setiap Cesar bergoyang hanya diiringi instrumen musik dan penambahan efek suara lain. Lalu salahkah anak ini? Saya rasa dia tidak bisa disalahkan semudah itu. Disisi positif anak ini bisa saja berbakat menari dan tampil di muka umum. Tugas kitalah sebagai orang tua untuk menyalurkan bakatnya di jalan yang baik dan benar. Tugas orangtua adalah mengawasi apapun yang dilakukan anaknya.

Akhir-akhir ini, saat libur sekolah, acara ini memperlombakan anak-anak yang bisa goyang cesar dengan hadiah tabungan. Dalam pandangan saya hal itu sangat positif untuk melatih kemampuan motorik dan kepercayaan diri anak untuk tampil di muka umum.

Bisa saja anak yang menonton acara ini malah memperlihatkan bakatnya dalam hal menari, tugas kita sebagai orang tua untuk menyalurkannya di jalan yang benar. Apapun yang dilakukan anak tidak pernah salah, tugas kita sebagai orang dewasa untuk membetulkan.

Hiburan yang Tidak Mendidik

Bagaimanakah sebuah hiburan dikatakan mendidik? Apakah hiburan yang membuat kita menggunakan logika? Ataukah acara pendidikan yang memuaskan rasa? Hari ini, apakah memang ada acara televisi yang betul-betul mendidik? Kalau bisa saya katakan mungkin hanya 1% dari seluruh acara televisi. Bukankah sejak dulu banyak yang menyepakati televisi itu racun? Lalu mengapa televisi tetap menjadi sebuah barang wajib di rumah? Saya rasa jawabannya adalah karena telivisi adalah hiburan keluarga.

Jadi bisa saya simpulkan YKS adalah sebuah acara pure hiburan. Format acara ini bermaksud untuk membuat penontonnya tersenyum, tertawa dan bergerak. Kalau pun yang dimaksud tidak mendidik adalah banyolan dengan kata-kata kasar, mengejek orang lain, berpakaian wanita dan acara itu tayang di prime time maka bisa saya katakan sekali lagi, inilah tugas kita sebagai orang tua untuk menjelaskan mana hal yang pantas ditiru dan mana yang tidak. Karena perilaku seperti itu bukan hanya terjadi di acara YKS tapi juga terjadi di acara-acara lain di saluran televisi lain. Cara yang paling aman adalah singkirkan televisi dari rumah, karena bukankah itu adalah racun?

Berbicara tentang tayangan mendidik. Saya sering menonton sebuah acara klub pengacara di tvone yang katanya berisi orang-orang intelektual tapi seringkali mereka saling menghujat dengan kata-kata kasar. Apakah ini bisa dikatakan acara mendidik? Atau lebih ke acara hiburan?

Sisi Positif YKS

Bagi saya acara yuk keep smile adalah acara hiburan yang bila kita bisa lebih jeli melihat banyak hal baik yang ditampilkan acara ini.

Pertama, aksi sedekah. Dalam acara ini ada momen dimana mereka memilih beberapa penonton untuk goyang cesar. Penonton dengan aksi terbaik akan mendapatkan barang atau bahkan uang dari pengisi acara. Barangnya bisa bermacam-macam bisa berupa topi, syal, baju pesta, sepatu atau sendal dan sebagainya. Beberapa diantara barang yang mereka berikan itu adalah barang kesayangan pengisi acara. Pernah juga suatu waktu saya menonton seorang ibu berdandan dengan kantung kresek dibuat seperti cat woman. Ibu ini sengaja datang tiap hari nonton YKS berharap bisa terpilih ikut lomba joget dan mendapat uang untuk membeli obat. Mendengar alasan itu, semua pengisi acara berlomba-lomba memberikan sedekah kepada sang ibu hingga sang ibu menolak karena sudah terlalu banyak yang memberikannya ongkos berobat. See, ini cara mereka mengajarkan kita dan anak-anak kita apa arti moral positif sebenarnya. Menyedekahkan harta mereka dan meyakini Tuhan akan menggantinya dengan lebih banyak diperlihatkan pengisi acara.

Pelajaran kedua yang saya lihat adalah setiap pengisi acara mengajarkan bentuk kerja keras. Sebagian besar dari mereka adalah komedian yang merintis karirnya dari bawah. Salah satunya Soimah, dalam beberapa momen diperlihatkan bagaimana sulitnya perjuangan Soimah dari pekerja seni kecil di Jogja hingga menjadi seperti sekarang. Satu hal yang ia tekankan, ia datang ke Jakarta menjual kualitas bukan sensasi. Tidak seperti artis-artis pendatang baru lain yang justru mencari sensasi agar terkenal. Begitu pula pengisi acara yang lain seperti wendy dan denny cagur, mereka harus melewati masa jatuh bangun hingga bisa sesukses saat ini. Dan bintang YKS, Cesar, dulu hanyalah seorang asisten artis yang bertugas mengangkat barang. Namun sekarang ia terkenal dengan penghasilan yang jauh lebih banyak dari artis yang dulu dia bantu. Bukankah jika kita belajar dari mereka, apapun profesi kita saat ini dan apapun posisi kita saat ini jika kita mau bekerja keras dan pantang putus asa kita bisa mencapai kesuksesan kita. Satu lagi, sesukses apapun mereka yang sebutkan di atas, orang disekitarnya mengatakan mereka tetap rendah hati.

Pelajaran ketiga adalah penghargaan. Dalam dunia pertelevisian, di YKS lah pertama saya temukan seluruh crew di sorot kamera dan ditampilkan di layar televisi. Ternyata untuk menghasilkan satu acara ada puluhan bahkan mungkin ratusan orang dibelakang layar. Inilah suatu bentuk penghargaan mereka kepada orang-orang yang selama ini bekerja keras di belakang layar. Mungkin anggota keluarga mereka akan dengan bangga mengatakan bapak/ibu/kakak/adek saya ada di televisi. Kebanggaan yang bagi mereka akan menciptakan rasa bahagia.

Kekuatan Remote TV

Sekarang pilihan ada pada kita, apakah kita ingin menontonnya atau tidak itu ada dalam genggaman remote tv di tangan kita. Suka atau tidak suka itu masalah selera. Tidak bisa kita memaksakan selera kita pada semua orang. Begitu banyak saluran televisi yang bisa kita pilih dengan beragam acaranya. Tekan remote di tangan kita dan ganti dengan acara yang menurut anda layak. Lalu bagaimana jika tidak ada yang layak ditonton? Mudah, tekan remote televisi dan biarkan layarnya menjadi hitam, lalu cari kegiatan lain yang menurut kita jauh lebih baik.

Sekali lagi saya bukan salah satu penggemar YKS namun itu tak berarti saya menginginkan acara ini dihentikan.

Jangan membunuh kreatifitas mereka, biarlah mereka berkembang dengan segala talenta yang mereka punya. Biarkanlah crew dan pendukung YKS berkreasi dengan caranya, biarkanlah puluhan bahkan ratusan orang disana meraih rejeki dari pintu hiburan tersebut. Jika ada yang salah, cukup membenarkan. Toh ada KPI yang bertugas untuk itu. Goyang oplosan yang dianggap vulgar pun telah ditegur KPI dan mereka telah merubah gerakan. Gaya bercanda yang berlebihan bukan hanya terjadi di acara ini, tapi juga terjadi acara lain. Apakah itu berarti kita harus menghapus semua acara itu?

Terakhir, sebagai orang tua tugas kita adalah mengawasi apapun yang ditonton anak. Tidak ada acara televisi yang khusus untuk anak, tapi yang ada adalah acara televisi yang butuh bimbingan orang tua. Tidak ada waktu untuk mengawasi tontonan anak, saya rasa menjadi alasan yang sangat munafik dan bermaksud melepaskan tanggungjawab kita sebenarnya sebagai orang tua.

5 thoughts on “Haruskah YKS Dihentikan?

  1. ryan

    Dari dulu saya gak doyan sm acara gak mutu kayak gitu , setiap malam setiap acara itu mulai tanyak saya acak sinyal trans tv di chanel tv saya supay saya gak ketonton acara kayak gitu, habis enek banget sumpah… trims itu suara hati saya

    Reply
  2. iPul Gassing

    Menyenangkan membaca tulisan ini, sisi berbeda tentang YKS yang selama ini saya baca.

    Saya tidak menyalahkan YKS, saya juga mengamini semua yang Inar tulis tentang hal-hal positif dari YKS. meski begitu saya sampai pada satu pertanyaan: apakah porsinya tidak berlebihan?
    4 jam dalam sehari dan 7 kali dalam seminggu apakah tidak terlalu banyak untuk “pendidikan moral” yang dikemas dalam kemasan yang tidak semua orang setuju?

    Oke, YKS memberi pesan untuk menggali potensi anak-anak kita yang mungkin saja berasal dari goyangan atau joget. tapi apa cuma itu satu-satunya potensi yang anak-anak Indonesia punya? bagaimana dengan potensi lainnya? anak-anak yang jago gambar misalnya? atau anak-anak yang jago masak? atau yang paling umumlah sesuai harapan banyak orang tua Indonesia: anak-anak yang menguasai ilmu eksak?
    YKS seakan-akan menafikan itu semua, membuat kesan kalau seolah-olah hanya lewat dunia hiburan (dan joget men-jogetlah) semua mimpi bisa diraih.

    bahwa ada pesohor yang berhasil mencapai kesuksesan karena usaha kerasnya dan berhasil mengubah hidupnya dari tidak ada menjadi ada, oke itu memang realita. tapi, berapa banyak yang seperti itu? Kalau saya kira sih masih lebih banyak orang lain yang juga perjuangannya sama cuma mungkin saja tidak tersorot kamera seperti para pesohor di YKS itu.

    satu lagi yang kadang mungkin kita lupakan. televisi adalah industri, jelas tujuan utamanya adalah UANG. saya yakin para pelaku di belakang layar YKS tidak berpikir soal “efek positif” dari YKS, atau pesan moral tentang kerendahan hati dan semangat berbagi karena semua disusun demi pencitraan dan tentu saja demi kelancaran mengalirnya uang ke kantong mereka. atau kalaupun mereka pikirannya begitu, yaaa paling-paling sebagai pelengkap saja.

    YKS seperti banyak program lainnya saya kira punya rumus yang sama: menebar mimpi pada orang-orang yang sudah capek berjuang untuk bertahan hidup, tidak heranlah kalau acara2 seperti YKS laris di rumah tangga golongan menengah ke bawah dengan level pendidikan yang – maaf- menengah ke bawah juga. karena orang2 seperti itulah yang jadi target “jualan mimpi” a la YKS dan sinetron, jualan yang tidak perlu dicerna lama-lama tapi efektif membuat senang dan riang.

    tapi, adilkah membuat mereka bermimpi terus-menerus? membuat mereka menganggap bahwa satu-satunya cara keluar dari kesulitan hidup hanya ada di televisi?

    YKS menurut saya tidak salah, orang punya kebebasan untuk berbisnis sesuai cara mereka. tapi, apakah porsinya tidak berlebih? apakah frekuensi yang dipakai itu memang punya mereka dan bukan punya publik?

    mematikan TV atau memindahkan channel saat YKS tayang saya kira juga bukan pilihan yang bijak. iya, kita memang menghindarkan diri dari acara yang (menurut kita) jelek itu, tapi bagaimana dengan frekuensi publik yang sudah dipakai seenaknya?

    saya jadi ingat kata seorang teman: kita merebut kebebasan pers dari Soeharto hanya agar YKS bisa tayang 4 jam sehari.

    salam..

    Reply
  3. budiemanhakim

    Mantabb.. Dukungan dari manusia-manusia bermutu seperti ini yang membuat YKS (which is program yang sarat pendidikan moral dan penggali potensi anak bangsa) dan program sejenis semakin menjamur. Semoga generasi bangsa bisa selamat dari akibat kebebasan yang kebablasan. Semoga pertelevisian Indonesia semakin mempedulikan perbaikan kualitas bangsa.

    Reply
  4. indonesia negeri indah

    setelah saya baca sampai habis dan saya resapi, maaf mas ini kesimpulan saya. kultur di indonesia ada org2 yg majemuk. apa yg sedang trend itu yg akan di ikuti. nah dari sisi itu banyak yg menambahi bahkan ada yg mengurangi. tapi memang kembali ke individu masing2 cuman setiap manusia perspektifnya beda apalagi “maaf” bila tayangan itu ditonton di daerah yg terkebelang dalam arti masyarakatnya jauh dari pendidikan walaupun makmur pasti beda cara pandangnya 🙂 intinya saya sangat tidak setuju dgn acara2 seperti yks atau apapun yg untung yah stasiun tv dapat mengeruk duit dari iklan apalagi primetime di puternya. pokoknya banyak mudaratnya dari pada manfaatnya. mending nonton laptop si unyil kita lebih tau budaya indonesia semdiri atau jejak petualang. bahkan ada program yg saya sayngkan yg sudah hilang yaitu jejak si gundul, itu program yg sangat bagus malah menurut saya walaupun semua seting 🙂 no offense ini cuman unek2 saya 🙂

    Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.