Bersandarlah di Bahuku – Eni Martini

Apa yang kamu lakukan jika halaman buku yang kamu beli kurang? Saat menyadari 1 lembar buku ini tidak ada, saya langsung menanyakan hal tersebut pada penerbit via twitter. Dengan hangat mereka membalasnya dan meminta saya mengirim buku tersebut dan akan diganti dengan yang baru. Dan betul, buku itu mereka gantikan bahkan memberikanku 1 buku lagi dengan gratis. Terima kasih penerbit Sabil (divapress).

image

Ketika menawarkan buku ini kepada kakakku, awalnya dia tidak tertarik. Sampulnya cukup besar menghilangkan moodnya untuk membaca karya ini. Bahkan ia mengatakannya sampulnya sangat kampungan. Saya mendebatnya bahwa mungkin mereka ingin menampilkan kesan klasik. Meski memang menurutku ada beberapa hal dalam sampul ini yang sebaiknya diganti agar novel ini lebih terkesan elegan dan eye catching. But don’t judge book by the cover sepertinya berlaku bagi novel ini. Ketika membacanya halaman demi halaman, saya bisa memutuskan bahwa saya suka.

Nadia Lubis seorang editor fashion dengan karier yang sangat cemerlang. Bekerja di salah satu majalah fashion ternama adalah cita-cita yang akhirnya mampu ia capai dengan segala perjuangannya. Sesungguhnya, laki-laki tampan bertebaran dalam kehidupan Nadia. Tapi lelaki santun, baru dia temukan pada Wahyu. Meski Nadia tahu, Wahyu adalah bangsawan Jogjakarta, tapi sikap Wahyu yang demokrat layaknya pemuda metropolit lainnya, membuat Nadia mantap menerima pinangan Wahyu. Wahyu pun tahu betul siapa istrinya, tipe perempuan modern, dengan rokok yang selalu terselip diantara jari, senang clubbing dengan teman-temannya, dengan pakaian yang bebas dan kadang sangat minim. Nadia berbeda jauh dengan keluarganya yang ningrat, namun Wahyu mantap memilih Nadia karena ia yakin perempuan itu adalah sosok sempurna baginya.

Pasangan suami istri itu menjalankan kehidupan seperti layaknya pasangan metropolit di Jakarta. Wahyu dengan kariernya di EO dan Nadia dengan kariernya di Luxurious. Namun, kehidupan yang bagi mereka telah sempurna itu harus berubah ketika Rama Wahyu terkena stroke. Sebagai anak semata wayang, Wahyu harus kembali ke Jogjakarta mengurus bisnis batik Handjojo, bisnis batik turun menurun.

Demi cintanya pada Wahyu, Nadia memutuskan untuk berhenti dari karier yang telah lama di perjuangkannya dan tinggal di Jogjakarta. Hidup dalam lingkungan yang berbeda 180 derajat dari kehidupannya sebelumnya. Bukan hanya karier tapi Nadia juga harus mengorbankan cara berpakaiannya, kebiasaan merokoknya dan lainnya. Kehidupan dan dirinya yang seutuhnya ia gadaikan atas nama cinta.

Seiring waktu, Nadia mulai jengah, jiwanya berontak, Wahyu tempatnya bisa menceritakan resahnya pun sepertinya telah berubah. Apa yang selanjutnya dilakukan Nadia? Silahkan dibaca sendiri, pastinya tidak akan menyesal.

Ini adalah karya pertama Eni Martini yang saya baca, namun saya langsung jatuh cinta pada gaya penulisannya yang begitu mengalir. Permainan emosi dengan kata-katanya. Penguatan karakter dari setiap tokoh-tokoh yang diciptakannya. Hingga pendalaman materi yang tentu melalui sebuah riset. Membaca novel ini menambah pengetahuan saya tentang batik dan budaya keraton Jogjakarta.

Eni Martini memang mengawali tulisannya dengan kisah perempuan sempurna masa kini seperti kisah-kisah di buku metropop lainnya. Terlalu biasa. Namun ia membuat tikungan di tengah cerita yang membuat konflik dalam novel ini berbeda dengan novel lainnya. Ia memadukan dua kutub yang berbeda menjadi satu cerita yang sangat apik.

Konflik yang tidak biasa ini makin menarik karena menyiratkan makna sebuah pernikahan. Yah, pernikahan adalah proses penyesuaian yang tak kunjung usai. Ada dua ego, ada dua cita-cita, ada 2 pola asuh dari keluarga yang berbeda. Dan novel ini saya rasa berhasil menampilkan bagaimana seharusnya pasangan melewati itu.

Sayangnya saya agak sedikit terganggu dengan perpindahan waktu yang dibuat penulis yang menurut saya membuat cerita menjadi sangat lambat. Contohnya: saat Nadia satu bulan pertama hanya mengunjungi pabrik dan belum pernah mengunjungi galery. Juga ketika seminggu Nadia kabur dan sama sekali tidak dihubungi Wahyu.

Selain itu, saya juga agak terganggu dengan pemisahan paragraf sebuah dialog yang dilakukan orang yang sama. Hal itu kadang membuat saya berpikir dialog dilakukan oleh orang yang berbeda.

Pada akhirnya saya merekomendasikan buku ini untuk pengantin baru, agar melihat dengan jelas bagaimana melebur dua ego menjadi satu ikatan pernikahan yang kuat. Juga bagi calon pengantin, untuk memahami bahwa ada sisi “rumit” dalam pernikahan yang harus disikapi dengan bijak. Bagi yang ingin mengetahui budaya Jogjakarta, buku ini pun mampu menjadi referensi.

4 thoughts on “Bersandarlah di Bahuku – Eni Martini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.