Penat

      1 Komentar pada Penat

Maafkan jika kedatanganku padamu kali ini hanya untuk mengeluh. Meskipun aku tahu kau tak pernah mempermasalahkan itu. Apapun kisahku, kau selalu bersamaku. Entah itu kisah perjalananku dari satu tempat ke tempat yang satu, kisah-kisah bahagiaku hingga keluhan-keluhanku. Semua kau simpan dalam halamanmu yang mungkin akan aku baca lagi suatu waktu.

Akhir-akhir ini, sakit kepalaku memang makin parah. Kurang tidur pun membuatku kekurangan darah. Aku layaknya mayat hidup yang sedang melangkah. Lemas, wajah pucat dan pandangan kosong membuat langkah itu tak terarah. Badan menipis, tulang terasa remuk dan kepala seperti dipukuli godam bertubi-tubi, membuatku terasa ingin muntah.

Semua ini membuatku penat. Nasibku masih juga melarat. Padahal aku sudah berusaha untuk berhemat. Sebenarnya pesanan sedang banyak, tapi aku tak punya modal untuk membiayainya. Beberapa teman telah aku hubungi dan meminta tolong padanya, namun belum ada yang bisa mewujudkannya.

Aku benci jika ada orang yang menggunakan laptop ini sesuka hati. Dulu sudah pernah aku peringati. Cukup sekali aku katakan seharusnya kau sudah mengerti. Sayangnya kau tak juga memahami. Harusnya kau tahu, aku sangat malu saat meminjam laptop ini. Bukannya pelit, aku hanya berusaha menjaganya agar tidak rusak karena aku tak punya uang untuk memperbaiki apalagi mengganti.

Aku diam. Membiarkan pikiranku ikut terbenam. Aku sedih. Hati ini pun terasa pedih. Dia tak juga berhenti memarahi dan menyalahi. Lalu perlahan menjauh tak lagi memberikan sedikit waktu. Kenangan-kenangan indah pun seolah turut terbasuh. Dia tak lagi mempedulikanku yang telah rapuh. Seolah menunjukkan dia tak peduli (mungkin memang tak pernah peduli?).

1 thought on “Penat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.