Eksistensi

      5 Komentar pada Eksistensi

Ibu-Etta, apakah hidup adalah sebuah pencarian eksistensi? Mengenai ada dan tiada, atau mengenai merasa ada dan merasa tiada? Keberterimaan atau tidak keberterimaan? Ingat atau lupa? Apakah keberadaan harus ditandai dengan penampakan fisik? Apakah ketidakberadaan pantas untuk terlupakan? Apakah ada sama dengan guna? Berarti tidak berguna sama dengan tidak ada?

Om-tante, maafkan segala sikap yang bagi kalian aneh, atau mungkin hal yang tak pernah kalian anggap benar. Berulang kali aku berusaha untuk tersenyum tetapi sejauh ini yang dapat aku lakukan hanya mengangkat sudut-sudut bibirku dengan lemah. Berulang kali aku berusaha untuk berucap tetapi sejauh ini yang dapat aku lakukan hanya mengangguk dan menggeleng.

Teman, sesungguhnya tak ada orang yang betul-betul ingin sendiri, seperti tak ada satupun orang yang betul-betul pendiam. Sesungguhnya mereka bukan pendiam, hanya enggan untuk berbicara pada orang-orang tertentu. Sesungguhnya mereka bukan tak memiliki cerita, hanya cara penyampaiannya yang berbeda. Bukankah sebuah cerita akan terlihat dan terdengar menarik dari cara penyampaiannya? Bukankah hal itu berarti tak ada satupun cerita yang tidak menarik?

Lalu apakah betul, ada yang menyukai kesendirian? Bukankah kita terlahir sebagai makhluk sosial? Hanya saja, berulang kali kami mencoba untuk masuk, menyatu dan berbaur tetapi sekali lagi kondisi sosial itu membuat kami kecewa.

Jadi apakah aku betul-betul ada dalam keberadaan yang nyata? Atau apakah keberadaanku tidak terlihat, terdengar atau tak terasakan? Atau apakah aku tidak mampu menunjukkan guna? Lalu, apakah penting aku mempertanyakan sebuah eksistensi diri? Bukankah sosial pun tak pernah mempertanyakannya?

Mungkin aku yang belum mampu memaknai sebuah pemaknaan? Atau aku yang belum sanggup mengartikan sebuah pengertian? Atau aku yang tidak berdaya untuk menjawab sebuah pertanyaan?

Disaat tahun berganti, aku dengan bodohnya kembali bertanya, apakah aku betul-betul ada?

5 thoughts on “Eksistensi

  1. arhyen

    bah ada jeq cappo..buktinya dirimu tetap eksis di dunia perblogeran tanah air ini..

    life must go on..tetap berjalan mengikuti arah yang terbaik buat dirita…

    nakana antek”KOFTE”hiihihiih

    .:MERDEKA UNTUK KESEDERHANAAN:.

    Reply
  2. GSM 08XXXX343430

    Semuanya bisa dikomunikasikan secara baik baik. tinggal cari cara dan waktu yg tepat.

    (mengutip lagu keluarga cemara)
    “Harta yg paling berharga adalah keluarga…….
    Mutiara paling indah adalah keluarga…..
    Puisi yg paling bermakna adalah keluarga……….”

    Reply
  3. uNieQ

    ada jako…tidur disampingku tiap malam
    ada jako, ngamuk klo bantal gulingmu ku pake
    ada jako, traktir k tiap hari hahahaha
    ada jako dengarki ceritaku
    ada jako bercerita denganku..
    ada jako dikantormu

    wlopun tidak ada ko, diacaranya entah siapa namanya, bukan berarti ko tidak ada… mgk dihati mereka tidak ada, tp tidak perlu ji ada untuk seseorang ato beberapa orang yang memang tidak menganggap dirimu ada,,,!!!!!

    GS memang bukan keinginan,, dan akan semakin GS klo tidak dianggap ada!
    tp tanpa merekapun kau masih ada!

    Reply
  4. Sahib Nur Rahmat

    ada, tiada, eksistensi, non eksistensi, senyum, berkata,..semua akhirnya tak lebih dari terminologi. jembatan yang mengantar kita pada pemahaman. hanya seringkali, pengetahuan justru adalah hijab terbesar antara manusia dan kebenaran.
    Bila hidup adalah pencarian, ujung perjalanannya tak perlu dirisaukan.
    “BERSAMAKU KAU DATANG KE DUNIA-
    KELAK SETELAH DEWASA, CARI AKU-
    BILA KAU TEMUKAN AKU, AKAN KUHANCURKAN KAU-
    SETELAH KEHANCURANMU,
    AKU AKAN MENJADI GANTI UNTUKMU”

    Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.