Merayakan Kemerdekaan di Puncak Bawakaraeng

      10 Komentar pada Merayakan Kemerdekaan di Puncak Bawakaraeng

Tiap komunitas memiliki cara sendiri memperingati hari kemerdekaan RI. Bagi para kelompok pecinta alam, mendaki gunung adalah pilihan yang paling tepat. Mereka memiliki cara tersendiri untuk memperingati tanggal 17 Agustus setiap tahunnya, yakni dengan mengibarkan bendera di puncak gunung. Lokasi paling favorit untuk melaksanakan upacara bendera bagi pendaki di Makassar dan sekitarnya adalah Gunung Bawakaraeng.

Secara administrasi Gunung Bawakaraeng terletak di Kabupaten Gowa dan secara geografis terletak di antara 119o 56’ 40” BT dan 05o19’01” LS. Untuk mencapai puncak Gunung Bawakaraeng dapat di tempuh dengan tiga jalur. Jalur pertama dari Lembanna, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. Jalur kedua dari Tassoso, Kecamatan Manipi, Kabupaten Sinjai. Jalur Ketiga dari Lembah Karisma. Untuk jalur terakhir ini biasanya dilalui oleh para pendaki yang sebelumnya telah mencapai puncak Gunung Lompobattang dan meneruskan perjalanannya menuju Gunung Bawakaraeng. Puncak Bawakaraeng yang datar dan luas menjadikan lokasi ini tempat favorit para pecinta alam untuk melaksanakan upacara bendera.

Sejak Kamis pagi (16/8), satu per satu tenda mulai terpancang di pos 10. Tenda dengan berbagai ukuran dan kondisi, milik para pendaki terus memenuhi tempat dengan ketinggian 2.836 meter tersebut. Kabut yang terus menebal tidak menghalangi niat mereka. Hingga malam mengganti hari, kelompok pecinta alam masih terus berdatangan.


Tenda-tenda mulai ramai sejak Kamis (16/8) pagi.
Foto: Winarni.

Suasana riuh kerap terdengar. Orang-orang saling menyapa dan berkunjung ke tenda satu sama lainnya. Mereka bertukar makanan dan berbagi cerita. Bahkan, meskipun tak begitu mengenal, senyum tetap saja tersungging antara satu pendaki dan pendaki lainnya. Memang demikianlah suasana di atas gunung, akrab dan bersahabat. Ini bukan kota yang kental dengan sikap individualis masyarakat. Inilah kehidupan di atas gunung, di mana setiap orang merasa bersaudara satu dan lainnya.

Ratusan orang dari berbagai kelompok pecinta alam siap melaksanakan upacara bendera pada keesokan paginya. Peringatan detik-detik proklamasi berlangsung di bawah kabut tebal. Embun pagi pun mulai turun membasahi, tetapi semua pendaki bertahan untuk mengikuti upacara, menanti sang merah putih berkibar.


Berkumpul di “lapangan upacara” ditemani kabut tebal.
Foto: Winarni.

Persiapan pasukan pengibar bendera.
Foto: Winarni.

Tiga pengibar bendera siap mengibarkan bendera pada satu-satunya tiang yang sengaja didirikan sejak tahun lalu. Salah seorang pendaki yang ditunjuk menjadi pemimpin upacara memberi komando untuk melaksanakan penghormatan dan secara bersama-sama lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Meski tidak dengan tempo yang sama, lagu kebangsaan Indonesia itu terdengar penuh semangat dan tentu saja menggetarkan, menelusup masuk ke sanubari dan menggema ke lereng gunung dan hutan. Saat sang merah putih itu mencapai ujung tiang, kata “Merdeka” pun terdengar bergema berulang-ulang diiringi kepalan tangan yang diangkat ke udara.

Upacara dilanjutkan dengan pembacaan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, Teks Proklamasi dan Kode Etik Pecinta Alam yang kadang di sambut dengan ocehan-ocehan lucu dari peserta upacara. Lagu Hening Cipta kembali dinyanyikan bersama-sama, masih dengan tempo yang kacau. Dan akhirnya dilakukan pembacaan doa untuk menutup rangkaian upacara ini.

Butuh perjuangan untuk mencapai kemerdekaan, butuh perjuangan untuk mengibarkan sang merah putih di ujung tiang tertinggi. Lupakan rasa lelah, punahkan rasa takut. Meski pelaksanaan upacara di puncak Gunung Bawakaraeng tidak seresmi upacara seperti biasanya, namun bagi para pendaki, upacara ini sangat berkesan dan menumbuhkan semangat perjuangan. Ya, para pendaki belajar tentang makna perjuangan dan semangat untuk bisa mencapai puncak, demi menyaksikan sang merah putih berkibar di tiang tertinggi. Merdeka! (p!)

10 thoughts on “Merayakan Kemerdekaan di Puncak Bawakaraeng

  1. Rezky

    Aduh klu ingt pendakian kemarin kayaknya kita sudah sangat bedosa karena tidak menghargai para pejuang terdahulu…
    Buat para Pecinta Alam tetap semangat lestarikan alam kita walaupun cercaan buat kita berdatangan tak pernah henti

    Karena bagi kita

    SETIAP JENGKAL ALAM ITU SUCI

    Thx sudah berkunjung di blog ini… jadi kangen mau mendaki gunung lagi…

    Reply
  2. Pingback: 17-an « ..:: More Than Just Experience ::..

  3. har

    Saya sudah 4 kali naik Bawakaraeng, waktu masih muda dulu. Meski sekarang jauh dari Sulawesi, saya masih sering kangen dengan suasana di puncak Bawakaraeng.
    Sukses selalu

    Reply
  4. Pingback: Inart's Story - 5 Keistimewaan Traveling ke Batutumonga -

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.